“Rest in peace...”, ucap ficel sambil membelakangi sesosok mayat hewan yang masih mengeluarkan darah dari sekujur luka di tubuhnya. Di giginya terlihat darah bekas menggigit sesuatu, terlihat dari potongan kain yang terselip di giginya.
“Sudah selesai?”, tanya vamp yang di bawah bibirnya terlihat sisa darah kering.
“Ya... tapi entah ini sudah keberapa...”
“Sebenarnya apa yang sudah terjadi di hutan ini?”
“Entahlah... yang jelas ini tidak biasa...”, ucap ficel sambil berjalan meninggalkan tempat itu.
“Tidak lazim ya?”, vamp bergumam dan terus memperhatikan darah segar yang mengalir dari tubuh bangkai itu. “Aku makan!”, ucap vamp begitu memastikan kalau ficel sudah pergi.
Dengan sigap ia keluarkan sebuah sedota bengkok dan menancapkannya pada leher hewan tersebut...
- tidak jauh dari situ -
“Lukamu sudah tidak apa-apa?”, tanya pure sambil tetap berkonsentrasi pada pengendalian kekuatannya.
“Um... sudah lebih baik dari sebelumnya”, ucap seorang pemuda yang tengah bersandar pada sebuah pohon besar. Di tangan kanannya terlihat bekas gigitan yang merupakan gigitan dari hewan yang baru saja di tumbangkan ficel dan vamp.
“Syukurlah...”, pure tersenyum lembut mendengar penuturan pemuda yang bernama reynard itu. Orang yang sering di temuinya datang ke kafe bersama dengan seorang gadis berambut merah.
“terimakasih ya...”, jawab reynard yang langsung jatuh terlelap dalam hitungan detik.
“Cepat banget...”, pure terheran-heran dengan tingkah pemuda yang seriang di perhatikannya itu.
Mata biru dengan rambut hijau yang dipotong pendek dengan menyisakan bagian depan tetap panjang hingga melebihi pundaknya. Telinga yang lancip serta tubuh yang tinggi... benar-benar mencermikan seorang elf...
Pure terus memandangi wajah rey yang tertidur di buai hembusan angin yang bertiup sesaat.
“Pure! Kami kembali...”, teriak ficel yang membuat lamunan pure buyar dan reflek meloncat ke belakang.
“Fi... ficel... vamp...”, ucap pure dengan nada setengan membentak saking terkejutnya.
“Hah? Napa pure? Kayak habis lihat hantu aja”, ucap ficel dengan pandangan bingung.
Di tangan kanannya terdapat borgol yang tersambung dengan sesuatu di belakangnya. Pure memperhatikan borgol itu, tanpa perlu bicara apa-apa ficel mengerti dengan apa yang ingin di ucapkan pure. Dengan sigap ia tarik borgol itu dengan kuat.
“Wadaw!”, vamp yang tengah astik menyedot darah yang masih segar itu tertarik hingga membentur pohon yang berada tepat disebelah pohon yang digunakan reynard untuk bersandar. Dan langsung saja karena kepalanya terbentur cukup keras vamp pingsan dan tak sadarkan diri.
“Fi... ficel...”, pure melihat ke arah dengan wajah pucat.
“Kita bermalam disini... jaga mereka... aku mau cari kayu bakar sama bahan makanan...”, ucap ficel cuek dan langsung meninggalkan pure beserta dua orang yang tengah pingsan itu.
Pure terdiam sambil melihat ke arah dimana ficel menghilang di balik semak-semak yang tumbuh subur di hutan itu.
Pure terus menunggu hingga ficel kembali dengan telaten mengganti kompres daun yang dibuatnya dari sebuah pohon yang daunnya terus-terus mengeluarkan air dari daunnya.
Hal itu ia lakukan karena beberapa saat setelah ficel pergi rey mulai demam disebabkan oleh lukanya.
“Em... aku...”, vamp mulai terbangun dari pingsannya.
“vamp... udah baikan?”, tanya pure yang tengan memetik daun lain yang mengeluarkan air.
“Hah? Ini dimana?”
“Di hutan... tadi kamu pingsan gara-gara terbentur...”
“ficel kurang ajar... menggagu santapanku saja...”
“Habis minum darah lagi?
“Iya... aku mau cari dia dulu...”, ucap vamp yang tanpa pikir panjang langsung hilang di telan hijaunya semak belukar meninggalkan pure berduaan dengan rey.
“Mereka hobi banget sih...”, gumam pure agak kesal dan mengganti daun yang suah kehabisan air itu dengan daun yang baru.
Berjam-jam sudah pure melakukan hal itu, namun ficel dan vamp belum kunjung kembali hingga akhirnya ia tertidur di sebelah rey karena letih menunggu.
Saat matahari sudah tenggelam rey bangun dan menyadari kalau pure tertidur di sampingnya. Rey memandang ke arah pure yang tertidur dengan pulas, seulas senyum lembut terlihat di wajahnya.
Dengan lembut ia tanggalkan jubah hijau tua yang dikenakannya dan menyelimuti pure dengan jubah itu dan berdiri sambil memandang ke arah sebuah gua yang tidak jauh dari situ. Dengan langkah berat ia berjalan ke dalam gua itu.
- di castle of drakness -
“Aku g ngerti!”, ucap vera yang langsung melemparkan buku yang secara bergilir di terjemahkan olehnya dan selain.
“Jangan ngamuk napa ver...”, ucap selain yang langsung menangkap buku itu.
“Habisnya aku agak kesel, selama 500 tahun ngebolak-balik tu buku baru dapet 30 halaman...”
“Apa boleh buat... kita kan g ngerti ni bahasa sama sekali”
“Kenapa dia pake bahasa yang aneh gitu sih?”
“Entah deh...”
“Mungkin... itu kode...”, ucap misa yang berdiri sambil memegangi sebuah boneka yang biasanya di mainkannya untuk mengendalikan sesuatu. Di tangan kanan boneka itu terlihat beberapa tetes darah yang tidak jelas dari mana keluar dengan derasnya. Vera yang melihat itu langsung pucat.
“My cute doll...”, ucap vera yang langsung merebut boneka itu dan memeluknya.
“Cuma boneka juga ver... g u---“
“Ini boneka vodoo kesaqyangan gw tau!”, bentak vera tanpa mau mendengar lanjutan dari ucapan selain.
“Tadi pas lagi di bawa ke hutan ada hewan yang nyerang...”, ucap misa.
“Heh!? Kenapa g dikendalikan saja!?”, bentak vera.
“Daritadi ada di laci juga! Gw juga baru nyadar!”
“Stop it lady...”
“DIEM!!!”
- back to the jungle book (halah) -
“Em... lho? Rey!?”, pure yang tersadar dari tidurnya mendapati rey yang tadi tertidur hilang tanpa jejak dari tempatnya tadi. Ia terus melhat ke seluruh penjuru arah namun tidak di dapatinya lelaki yang dicarinya, hanya api unggun yang menyala terus tanpa ada kayu yang dibakarnya.
“Pure... dapet banyak buah ni...”, ucap ficel yang keluar dari semak belukar sambil membawa sekeranjang buah dan menggendong vamp yang terus meronta-ronta karena kaki dan tangannya diikat. “Pure?”, tidak ada jawaban dari pure. Ia hanya berdiri mematung sambil memperhatikan jubah milik rey yang menyelumutinya tadi.
“Reynard... tidak ada...”, gumam pure.
“Mungkin dia pergi pure, buru-buru...”, ucap ficel sambil meletakkan keranjang dan vamp ke tanah.
“Aduh! Jangan asal banting napa! Orang nih!”, protes vamp yang langsung menggesek tali yang mengikat tangannya pada batu tajam yang menancap di atas tanah.
“Bukan... kalau dia buru-buru pasti dia ninggalin pesan...”
“Eh? Tahu dari mana?”, tanya vamp yang sibuk melepaskan ikatannya.
“Mana mungkin orang yang buru-buru sempat merapikan daun yang tadi kubiarkan berserakan dan membuat tempat api unggun yang sangat rapi...”, ucap pure.
“Kau mau bilang ada sesuatu yang tiba-tiba membuatnya pergi?”, tanya ficel.
“Di baru inget pas lagi selese beberes kali...”, ucap vamp. Pure terdiam beberapa saat.
“Iya juga ya... haha... aku kebanyakan mi---“
“Pure?”, pure terdiam begitu berbalik ke arah vamp dan ficel, sesosok bayangan yang tidak dikenalnya berdiri di sana dengan pandangan sayu.
“Re---“, belum sempat pure menyelesaikan ucapannya bayangan itu langsung menunjuk ke arah gua yang berada tidak jauh dari tempat itu. Vamp dan ficel tidak melihatnya karena mereka memang tidak melihat ke arah bayangan itu.
“Pure? Kok bengong...”, ucap ficel yang menguncang-guncang tubuh pure dengan agak keras.
“Kita... ke gua itu yuk...”, ucap pure yang langsung dengan semanga. Dengan cepat ia mengabil beberapa buah dan memasukannya ke dalam tas yang ia bawa dan menganakan jubah rey karena tidak muat untuk dimasukkan.
“Oi... jelasin dulu...”, pure tidak mendengarkan ucapan ficel dan langsung pergi begitu saja. Karena tidak diperdulikan ficel bergegas membereskan perlengkapannya dan pergi.
“Woi! Bukain iketan gw!!!!!!!”
Gua yang di masukki oleh pure terbilang cukup biasa dengan dua-dua yang ada. Namun ada sedikiat perbedaan, pada pintu gua itu terlihat sebuah tulisan yang dibaca “Qipvu le fupia paha”.
“Semoga benag ini cukup”, ucap rey yang terus mengulur sebuah benang yang menyela berwarna merah menyala dalam kegelapan.
Ia terus berjalan ke dalam, melewati banyak persimpangan dan akhirnya sampai di sebuah ruangan terdalam dari gua itu. Ruangan dimana seekor naga putih tertidur dengan naga merah yang menjaganya.
‘Ada pa kau datang?’, terdengar suara menggema di ruangan itu. Sementara kepala naga merah itu mendekat ke arah reynard.
“Aku... datang untuk membu---“
“REY!?”, pure berteriak begitu ia melihat rey.
“Ah... kalian...”, rey berbalik dengan seulas senyum.
“Wuh... ada naga lagi...”, ucap ficel. Sementara vamp berjalan sambil masih berusaha melepaskan ikatan di tangannya.
‘Teman rey ya?’
“Eh? Siapa?”
‘Aku...retsel... sang naga merah...’, ucap suara itu.
“Eh... naga bica---“
“PURE!?”, belum sempat pure menyelesaikan ucapannya sebuah pisau kecil menempel pada lehernya.
“Re... reynard?”
“Perintah dari tuan... bunuh para penghalang...”, pandangan mata kosong dari reynard ia tujukan pada pure. Ucapan yang sedingin es terus keluar.
“Rey? Kamu kenapa?”
“Rey? Heh... aku bukan reynard yang kau kenal...”, ucap reynard yang langsung melompat kebelakang.
‘Re---‘
“Diam!”, tanpa banyak bicara reynard langsung mengeluarkan sebuah benih dan melemparkannya pada kedua naga itu. Langsung saja benih itu tumbuh dan mengikat keduanya, membuatnya tidak bisa bergerak.
“Naganya!?”, ficel berlari ke arah kedua naga itu. Namun reynard menghentikannya dengan kekuatan airnya.
“Ficel!?”
“Pure... kita tidak punya pilihan lain...”
“Vamp!? Ta... tapi kan...”, pure melihat ke arah vamp dengan pandangan sayu. Vamp hanya diam dan mengagguk pelan.
“keinginan adalah penggerak kekuatan... fantasy adalah penyelamat... transform...”
“Innocent... soul...”, pure agak ragu menyebutkannya. Pandangannya terus tertuju pada reynard yang memandangnya dengan pandangan kosong.
“King of blood”, vamp berubah menjadi vampire asli yang mengenakan kemeja putih dengan jubah hitam. Gigi taringnya tumbuh hingga berada di luar mulutnya.
“Soul release...”, sedangkan ficel mengenakan pakaian pendeta yang agak berbeda.
“Hmp... sepertinya akan menarik...”, ucap rey tersenyum sinis. Pandanganya terus tertuju pada pure dan membuat gadis itu terdiam dengan pandangan berkaca-kaca.
‘Kalian... berhati-hatilah... ini pengaruh dari Princess of vodoo...’
“Eh?’
“Wavrent!!!”, sebuah gelombang besar keluar dari lingkaran sihir yang bercahaya di tangan rey. Lingkaran itu terus mengelurkan air tanpa henti dalam jumlah banyak.
“Shield...”, ficel memasng penghalang dari terjangan air itu. Sementara vamp beruah menjadi kelelawar hitam dan terbang menghindari air sambil mengangkat tubuh pure.
“Pure! Lakukan sesuatu! Kau tidak bisa seperti ini terus...”, ucap vamp yang mendaratkan pure di sebuah pijakan gua yang tinggi.
“Heh? Kalian pikir kalian bisa lari dariku!?”, ucap rey yang tanparagu langsung meloncat ke tempat pure. Namun ia terlontar kembal oleh sesuatu.
Bayangan yang tadi dilihta oleh pure, gadis bermata merah yang sayu.
“Kau... gadis yang tadi...”, ucap pure. Vamp berada pada posisi bertahan. Sementara di bawah ficel menahan rey yang berniat meloncat kembali.
“Tolong... tolong hentikan kakak...”, ucap gadis itu yang langsung menghilang.
“Eh?”
‘Dia ruina... adik rey...’
“Retsel?”
‘Harusnya dia ada bersama rey... namun karena terpisah rey jadi begitu...’
“Eh?”
‘Sekarang! Jangan ragu! Walaupun kau melukai rey luka itu tidak akan bertahan lama, selama masih dalam pengaruh rey tak akan mengalami luka fatal...’, ucap retsel sebelum rey menghansurkan atap gua di atas retsel dan membuatnya pingsan.
“Naga cerewet...”, ucap rey dengan pandangan kosong dan nada datar.
Pure yang melihat itu teriam dan mengepal tangannya dengan kuat.
“Itu bukan rey yang kukenal... wing of... destruction...”, ucap pure.
Sayapnya yang tadinya seperti sayap peri berwarna putih berubah menjadi hitam. Dengan cepat ia terbang ke arah rey sambil merapalakan mantra.
“Kau pikir bisa menga--- akh!”, belum sempat rey menyelesaikan ucapannya pure melepaskan anak panahnya dan mengenai luka rey yang masih terlihat dengan jelas.
“Maaf...”, ucap pure yang langsung menangkap tubuh rey yang tak sadarkan diri sebelum menyentuh tanah.
“Pure! Kamu hebat!”, ucap ficel sambil mengacungkan ibu jarinya. Pure hanya tersenyum tipis.
“Hum... begitu ya... kalau begitu boneka yang rusak ini sudah tidak berguna...”, vera muncul di hadapan pure.
“Ve---“
“Ne... ne... bicaranya nanti saja... aku lagi buru-buru... ini untuk kalian...”, ucap vera yang langsung melemparkan boneka yang rusak pada pure. Wajah boneka itu mirip dengan wajah rey.
“Itu... boneka vodoo?”, ucap ficel terkejut.
“Hehe... kalian tahu ya... padahal kupikir aku bisa menita bantuan misa... tapi gagal...”
“Eh?”
“Sudah ya... sampai jumpa... di pertarungan berikutnya”
“Vera! Tunggu!”
“Sebentar lagi dunia akan hancur... setelah jurus ini sempurna...”, ucap vera sambil tersenyum licik dan pandangan ingin membunuh. Hilang dalam sekejap meninggalkan teman-temannya.
- esok paginya -
“Maaf kan aku... sudah membuat kalian repot...”, ucap rey yang menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Tidak apa-apa kok rey... lagipula retsel bilan ini bukan salahmu...”, ucap pure sambil tersenyum.
Saat itu mereka berempat tengah berjalan menuju kota garivega yang berada tidak jauh dari gua itu. Meninggalkan retsel dan naga putih yang masih tertidur itu setelah berpamitan.
“Tapi... apa yang dimaksud vera itu...”, ucap ficel dan vamp bersamaan.
“Vera?”
“Iya... dia yang memberikan boneka ini pada kami...”, ucap pure yang menunjukkan boneka yang di berikan vera. Rey terbelalak melihat boneka itu. Wajah boneka itu amat di kenalnya.
“Ini... boneka dari princess of vodoo...”, gumam rey.
“Eh?”
“Princess of vodoo, 1 dari 5 orang yang menyebarkan kutukan keduania ini 500 tahun lalu...”
“Bisa tolong jelaskan lagi?”, pinta pure dengan pandangan berkaca-kaca.
“Sebaiknya minta adikku saja... ruina... tolong ya...”, ucap rey yang langsung menutup mata birunya dengan kelopak matanya.
Rambutnya yang pendek memanjang hingga menyentuh tanah. Telinga elfnya memendek dan tubuhnya pun berubah bagaikan tubuh seorang wanita dengan sepsang mata merah.
“Gadis yang tadi!?”, teriak pure, vamp dan ficel secara bersamaan.
“Perkenalkan... namaku ruina... aku adik kembar reynard...”
“Eh? Tapi kan kalian...”
“Aku meninggal tepat saat kutukan itu berlaku... karena itu aku tidak bisa lahir kembali dan menjadi hantu...”, ucap ruina sambil tersenyum lembut.
“lalu... kenapa tubuh re---“
“Begitulah... mungkin karena kami anak kembar...”
“Heh? Walaupun kembar rey itu elf... dan kamu manusia...”
“Yang benar half... ibu kami manusia... sedangkan ayah elf...”, ucap ruina yang masih tersenyum.
“Bukanya di dunia ini tidak ada yang bisa mempunya keturunan?”, vamp jadi bingung dengan penuturan ruina.
“Bisa... tapi sejak kutukan ini ada jadi tidak bisa... semua mungkin tidak ingat karena lhir berkali-kali dengan ingatan kosong. Tapi aku yang selama 500 tahun menjadi roh ingat...”
“Eh?”
“Dulunya kami hidup dari generasi-ke-generasi... bukan hidup dari reinkarnasi seperti ini... mereka yang mati tidak akan hidup kembali, hanya kenangan yang tertinggal... dan mereka yang terlahir adalah jiwa baru.., bukan jiwa yang lama...”
“Lalu kutukan itu...”
“Ya... kutukan agar kami terus hidup...”
Ruina terus menjelaskan akan kutukan yang ada di tempat itu selama 500 tahun lebih. Ingatan yang disimpannya sendiri tanpa pernah memberitahukan pada reynard sekalipun.
P.S :
Dari pengarang yang mulai sedeng...
Tadinya kan vamp diiket sampe gua...
Ada yang tahu kapan iketannya lepas? ^_^
a. waktu berubah
b. lepas sendiri
c. dilepasin ficel
d. kena cipratan air sihir rey yang brubah jadi es
e. digigit pake taringnya
yang k-9 mn?? ^^a
BalasHapusGW CAPEK JELASIN
BalasHapus