Selasa, 21 April 2009

Another charate


vera
(Gomen dari awal dah jadi antagonis)


misa
(Bagian mesra ma kise g terlalu banyak... kebanyakan chara)


Keechi
(yeey... +gaje+)


katsu
(rambutnya males ngewarnain kat...
)

juki
(pa yang ini masih protes?)

fantasy of j clubs (bagian kelima)

“Ayank... usir kecoanya! Huwee...”, ucap kaze manja sambil mencengkeram lengan shiro dengan erat. Shiro tidak menjawab apapun dan mengelus pelan kepala kaze menenangkan gadis itu.
“Sempet-sempetnya mesra di situasi kayak gini...”, ucap keechi sambil terus mencari obat serangga yang disembunyikan disuatu tempat.
“Leme... lari yang kenceng! Jangan sampe ketangkep... go! Go!”, ucap miss yang kembali menjadi cheerleader dan menyemangati leme yang masih dikejar-kejar.
Kecoa raksasa itu terus berlari mengejar leme yang sembari tadi berlari mengitari kafe tanpa terlintas dipikirannya untuk keluar dari kafe.
“Ah... leme! Berubah! Berubah!”, ucap keechi yang baru saja terbesit ide itu.
“Berubah!?”, ulang leme yang masih belum tahu cara berubah.
“Sebelum datang kesini aku sempet buka-buka dokumen tua... disitu tertulis cara berubah...”, ucap keechi. Semua yang ada langsung terdiam melihat ke arah keechi, kecuali leme dan kecoa raksasa itu yang sibuk mengitari kafe namun pikiran leme terfokus pada ucapan keechi.
“Cara berubah gimana kee?”, tanya shiro.
“Di dokumen tua yang kubaca paling terakhir tertulis kalau cara berubah adalah dengan mempercayai fantasy... tapi hanya mahkluk dari luar dimensi ini yang bisa...”, ucap keechi. “Dan untuk membuka jalan untuk berubah kita perlu mengucapkan kata kunci...”, tambah keechi yang langsung terduduk di bengku yang tadi digunakan olehnya.
“Kata kunci?”, ulang miss. Keechi hanya menggelngkan kepalanya tanda ia tidak tahu apa kata kunci yang dimaksud. Mereka berempat terdiam sesaat, hanya leme dan kecoa raksasa itu yang tidak.
“Mungkin... Fantasy adalah kekuatan… keinginan adalah penyelamat… weapon!”, ucap leme tanpa ragu. Namun reaksi yang timbul berbeda dari yang lain. Yang lain mengucapkan kata terakhir dengan transform, sedangkan leme weapon yang membuat sebuah senjata muncul di tangannya.
“!? Kenapa leme g berubah?”, gumam kaze.
“Akh... Leme g berubah... tapi tetap ada yang bersinar...?”, ucap shiro.
“Untung-untungan! Poison blow!”, ucap leme asal ucap. Dan dari senjata yang dipegangnya keluar asap berwarna hijau yang membuat kecoa itu mulai lemas dan mti perlahan.
“Bau... racun serangga....”, ucap miss sambil mngendus-endus asap hijau itu.
Langsung saja mereka semua kabaur keluar ruangan dan menunggu hingga racun serangga itu hilang meninggalkan miss untuk memantau kalau racun serangga itu sudah habis.
“Leme... mau ngerscunin kita ya?”, tanya kaze.
“Waaa... aku juga baru tahu itu racun serangga!”, ucap leme sambil mengangkat kedua tangannya.
“Kee? Kenapa?”, tanya shiro yang menyadari kalau keechi terus memperhatikan tingkat yang di pegang oleh leme.
“Tongkat leme... ada ukiran serangga di bagian bawahnya...”, ucap keechi sambil menunjuk ujung tongkat yang dipegang leme.
“Terus?”, ucap kaze dan leme bersamaan.
“Mungkin ini tongkat pengusir serangga...”, ucap keechi dengan tenangnya dan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

- Tempat vamp yang masih melayang –

“Kapankah ku akan mendarat?”, tanya vamp pasrah dan terus melayang. Kelihatannya leme dan miss memukulnya dengan cukup keras hingga dia terpental sejauh lebih dari 1 km di luar kafe.
Di tempat yang sama seorang pemuda tengah dikerumuni oleh beberapa anak kecil.
“Kakak... ayo main... “, ucap seorang anak kecil yang menarik jubah pemuda itu. Sementara yang lain mearik kedua tangannya.
Pemuda itu hanya tersenyum sambil berkata, “Mainnya lain kali saja yah... kakak sudah harus pergi sekarang”
“Yah...”, ketiga anak kecil itu langsung menunduk dengan pandangan sedih.
“Jangan se----“, belum sempat pemuda itu menyelesaikan ucapannya vamp yang tengah melayang menghantam kepalanya dari belakang.
“Adu duh...”, ucap vamp yang akhirnya mendarat sambil mengelus kepalanya.
“Kakak!? Kakak tidak apa-apa?”, tanya anak kecil yang sebelumnya menarik jubah pemuda itu dengan pandangan khawatir.
“Hei! Apa yang kamu lakukan pada kakak!?”, tanya dua anak kecil yang lain dengan pandangan tajam ke arah vamp.
“Ah... maaf ya... tidak sengaja...”, ucap vamp sambil berdiri.
“Hei... hei... kalian berdua... jangan begitu...”, ucap pemuda itu sambil tersenyum lembut dan mengelus kepala kedua bocah itu.
“Tapi orang ini sudah menghantam kepala kakak!”, ucap anak kecil yang mengenakan sebuah slayer berwarna merah dengan wajah kesal.
“Tidak apa-apa kok... namanya juga mentega terbang”, ucap pemuda itu.
“Hah? Mentega terbang itu apa kak?”, tanya anak lain yang mengenakan sebah slayer merah di tangan kanannya.
“Mentega itu makanan... kalau terbang kalian tahu sendiri... jadi maksudnya mentega ya----“, belum sempat pemuda itu menyelesaikan ucapannya vamp langsung menjitak kepala pemuda itu begitu menyadari siapa yang baru saja di tabraknya.
“Tau lo yang ku tabarak ogah dah minta maaf... kyushi!”, ucap vampa dengan nada kesal.
“Jah ilah vamp... darah tinggi amat sih...”, ucap pemuda yang ternyata kyushi itu dengan dengan pandangan menerawang.
“Kakak kenal?”, tanya anak perempuan yang sedari tadi terus memegang jubah kyushi.
“Ah... iya... kenalin... dia vampire alias mentega terbang...”, ucap kyushi sambil tersenyum. Vamp menahan amarahnya.
“Mereka anak lo yah?”, tanya vamp agak kesal.
“Bukan...”, kyu mengibas-ngibaskan tangannya.
“Kami adalah pengikut kak kyu!”, ucap anak lelaki dengan slayer merah di tangan kanannya.
“Kyu... kamu ternyata tega banget yah...”, ucap vampa dengan pandangan menerawang.
“Bukan!”, kyu setengah membentak.
“Lalu nama kalian siapa?”, tanya vamp mengalihkan perhatian.
“Aku Serenada...”, ucap anak perempuan itu.
“Aku Veyn...”, lanjut anak lelaki yang memakai slayer merah di tangan kanannya.
“Aku ga mau bilang!”, ucap anak lelaki dengan slayer merah di lehernya.
“Vanes... jangan begitu...”, ucap kyushi menjetak pelan kepala vanes.
“Hoh... kenapa kalian mau jadi pengikut kyu?”, tanya vampa lagi.
“Karena kak kyu sudah merawat kami selama 4 tahun belakangan ini...”, ucap ketiganya bersamaan.
“Wah... hebat juga lo kyu...”, ucap vampa dengan pandangan seolah-olah meledek kyu.
“Berisik! Gw g denger!”, ucap kyushi dengan pandangan ke arah lain dan menutup kedua telingannya.
Setelah percakapan yang cukup lama akhirya vamp mengajak kyushi dan ketiga anak kecil itu ke tempat yang lain berada dome kafe.

- Somewhere.... –

“Ya ampun... tidak ada kekuatan yang bangkit...”, ucap vera sambil menghentakkan kakinya ke tanah berkali-kali.
“Hei... sudahlah... jangan berisik”, ucap prince of drakness menenangkan vera. Vera menatap ke arah prince of drakness (Singkat jadi POD lah untuk seterusnya) dengan pandangan tajam dan penuh amarah.
“Rencanamu gagal nih! Padahal kalau aku pakai tengkorak-tengkorakku yang manis pasti berhasil!”, ucap vera sambil menunjuk ke arah POD.
“Maaf deh... lain kali aku nggak akan ngusulin rencana lagi”, ucap POD menyerah.
“Sudahlah... lupakan saja... jadi... ada kemajuan g? Walau hanya senjata saja yang bangkit...”, ucap vera mengalihkan perhatian.
“Um... sebentar...”, ucap POD yang langsung berjalan ke sebuah layar yang melayang di tengah tuangan. Dia menyentuh layar itu dan beberapa layar lain terbuka. Beberapa saat setelah selesai melihat layar yang tampil...
“Gimana?”, tanya vera penasaran.
“Ada kemajuan sih... tapi...”
“Tapi?”
“Cuma 0,00000001 %”, ucap POD sambil menggaruk pipi kanannya.
Vera melihat ke arah Pod dengan pandangan tajam. Dia menekan bros berbentuk tengkorak yang disematkan di dadanya. Dalam hitungan detik ribuan tengkorak muncul mengelilingi POD.
“Kalian... serang POD sekarang kuga!”, ucapa vera dengan pandangan sinis dan mulai melayang le atas. Di kedua tangannya banyak benang yang terikat. Dan satu gerakan dari jarinya membuat beberapa tengkorak bergerak. Dengan kata lain benang-benang itu adalah alat penggerak bagi tengkorak-tengkorak vera.
“Jangan ngamuk!”, ucap POD yang langsung mengeluarkan pedang yang terkumpul dari kegelapan di sekitarnya dan mulai menghabisi tengkorak-tengkorak vera.
Pertarungan terus berlanjut, bila ada tengkorak yang hancur vera menekan kembali bros tengkoraknya dan memanggil tengkorak yang lain berulang-ulang.
Tanpa vera dan POD sadari katsu memperhatikan mereka dari jauh menggunakan sebuah layar yang tersambung pada seekor malaikat kecil yang berada di ruangan vera dan POD.
“Mereka ini beneran sekutu atau apa sih?”, ucap katsu menggaruk kepalanya. Beberapa saat ia memerintahkan malaikat itu pindah itu ke ruangan lain. Diruangan itu berada tabung yang sebelumnya di perhatikan oleh vera.
“Tuan... apa yang ingin anda lihat disini?”, ucap malaikat itu lewat telepati dengan katsu.
“Tidak ada... beritahu aku bila ada perubahan pada orang yang ada di dalam tabung itu”, ucap katsu sambil menutup layar yang tadi diperhatikannya.
“Baik... tuan...”
“Yah... sebaiknya aku memperhatikan keadaan dome kafe...”, ucap katsu sambil melangkah dari atas atap kantor pusat yang merupakan tempat nya sehari-hari bersembunyi.
Beberapa langkah sebelum sampai ketepi, secara tidak sengaja katsu terpeleset oleh genangan air yang tersisa saat hujan semalam...

- Di bawah katsu –

“Hah... taman yang tenang dan damai tanpa ada penjaga yang menggangu”, ucap seorang elf berambut warna emas berjalan sambil memperhatikan bunga-bunga yang terhampar di hadapannya.
“Auw!”, ucap katsu yang baru saja mendarat tepat di atas tubuh elf itu. Tanpa mengucapkan banyak hal katsu berdiri dan tidak memperhatikan siapa yang baru saja ditimpa olehnya.
“He--- hei!”, elf itu menepuk pundak katsu sambil memegang kepalanya. Katsu berbalik dan menyadari siapa yang baru saja di timpanya.
“Ah... maaf... tadi aku tidak sengaja...”, ucap katsu sambil menunduk dan berniat untuk pergi lagi. Namun dengan sigap efl itu langsung mencengkeram tangan katsu. “Ada apa lagi?”, tanya katsu agak sinis.
“Kamu... siapa?”, tanya pemuda itu.
“Panggil saja katsu...”, ucap katsu yang hampir tidak sabar untuk meninggalkan tempat itu.
“Aku arsellec... salam kenal...”, ucap arsellec yang langsung menarik tangan katsu dan mengajaknya ke suatu tempat.

- Dome cafe 1 minggu sesudahnya –

“Mei... minta jus lemon satu...”, ucap kyo sambil melambaikan tangannya.
“Ambil ndiri! Lagi sibuk nih!”, ucap mei ketus sambil berjalan membawakan beberapa minuman dan makanan pesanan tamu. Hari menjelang sore adalah hari dimana kafe berada pada jam paling sibuk.
Leme dan miss membantu pekerjaan mi menjadi waitress semenjak 3 minggu yang lalu dan mulai terbiasa dengan pekerjaan mereka itu.
“Yah... mei pelit”, ucap kyo yang langsung menuju ruang santai di lantai 3. Semenjak kehancuran kafe oleh tengkorak-tengkorak itu, lantai 3 yang sebelumnya digunakan untuk gudang dialih fungsikan menjadi ruang santai dan rapat (Yang bener aja).
“Ah... kyo... waktu yang tepat...”, ucap killua sambil menarik tangan kyo yang baru saja selesai menaiki tangga.
“Waa... ada apa sih kil?”, tanya kyo dengan pandangan bingung ke arah killua, mici dan ficel.
“Gini... kita lagi rapat untuk pembagian kelompaok...”, ucap killua menjelaskan.
“Kelompok?”, kyo masih belum mengerti.
“Um... gini nih... kan dulu kita ada rencana buat berpencar untuk nyari yang lain sekaligus jalan untuk kembali ke dimensi asal kita kan?”, tanya mich menerangkan. Kyo mengangguk tanda mengerti.
“Dan kita bertiga diminta membagi regu nya... tapi kan g enak kalo yang bagi kita doank... jadi minta bantuan mu...”, tambah ficel.
“Trus? Aku ngapain?”, ucap kyo sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Menurutmu ini pas enggak?”, michi mulai malas menerangkan dan hanya menunjukkan selembar kertas hasil rapat pada kyo. Kyo membaca kertas it yang bertuliskan...


Regu 1 : Keechi, michi, rin
Regu 2 : Ega, kyo, max
Regu 3 : Kise, misa, reita
Regu 4 : Vamp, ficel, pure
Regu 5 : Juki, kyu
Regu 6 : Kaze, shiro, kup
Regu 7 : Kil
Regu penjaga kafe : Alex, mei, leme, miss, ai


“Gimana?”, tanya killua sambil tersenyum lebar.
“Kenapa cuma kil yang sendiri?”, tanya kyo dengan pandangan tajam ke arah killua.
“Heh... jangan salah... para anak kyu bersamaku...”, ucap killua dengan penuh percaya diri.
“Iblis bener ni orang... masak ngegunain anak kecil buat bertarung?”, ucap mishi dengan pandangan menerawang.
“Tapi bukannya anak-anak kyu sudah pada pergi tadi pagi?”, tanya ficel. Serentak dengan ucapan ficel itu, killua langsung membatu.
“Wew... jadi batu dia...”, ucap kyo sambil menepuk tangannya.
“Kenapa g ada yang bilang!?”, ucap kill membentak ficel dengan pandangan ingin membunuh.
“Dari tadi udah bilang!”, gantian ficel yang membentak. Perkelahian antar mulut pun berlangsung tanpa ada dari dua orang itu yang mau mengalah.
Akhirnya kyo dan michi memutuskan untuk turun kelantai satu begitu jam menunjukkan pukul 9 malam, saat diamana kafe sudah tutup.
“Yoha!”, ucap mich keluar dari pintu tangga sambil mengangkat tangannya disusul oleh kyo.
“Em? Gimana hasil pembagian kelompok?”, tanya mei penasaran. Langsung saja michi menunjukkan kertas yang di bawanya.
“Bentar! Bentar! Bentar!!!!”, ucap juki dan kyu secara bersamaan.
“Ada apa sih? Ampe teriak gitu?”, tanya ai bingung.
“Kenapa gw satu regu sama kyu?”, ucap juki menahan amarah.
“Masih mending juk... lah gw... bakal stres gw...”, ucap kup dengan wajah pucat yang langsung membenamkan kepalannya ke atas kedua tangannya.
“Ah... kup sekelompok sama kaze dan shiro...”, ucap leme sambil tersenyum.
“Curang... aku kan pengen nonton dramanya...”, tambah miss.
“Drama apaan!?”, ucap kup membentak kedua orang itu. Sedangkan yang sekelompok dengannya sibuk di dunia milik mereka.
“Kise sama mis sama aku...”, ucap reita sambil tersenyum licik.
“Re... rei... kenapa senyum gitu?”, tanya kise dengan wajah pucat. Sementara misa tersenyum lembut tidak mengerti.
“Mohon kerja samanya... keechi...”, ucap michio sambil menundukkan badannya bagaikan seorang kesatria yang tunduk di hadapan tuana putri.
“Ksatria mich bersiap mati!”, ucap rin sambil memukul telak wajah mich.
“Mohon bantuannya Pure!”, ucap vamp.
“Pure cewek sendiri...”, wajah pure menjadi pucat.
“Dan okama genk akan beraksi!”, dengan penuh semangat ega dan kyo mengacungkan ibu jari kanannya dengan pose yang sudah mereka atur sedemikian rupa.
“Aku nggak ikut-ikutan...”, max sama sekali tidak semangat menanggapi nya.
Dan malam itupun pembagian kelompok berlangsung ricuh di tambah kericuhan diatas. Sampai tengah malampun beluam ada yang terlelap dan terus bertengkar mengenai pembagian kelompok itu.

- Somewhere –

“Tuan...”, seekor tengkorak berukuran mini masuk ke dalam ruangan tempat vera dan POD yang masih bertempeur selama lebih dari 1 minggu menghentikan pertempuran yang sudah membuat lebih dari 5 gunung tumpukan tengkorak di halaman.
“Ada apa?”, ucap vera sambil terengah-engah.
“Para penghuni dome cafe akan berpencar tuan...”, ucap tengkorak yang merupakan mata-mata yang selalu berpura-pura menjadi ukiran di pedang milik reika itu.
“Eh!? Nggak salah?”, tanya POD.
“Benar... mereka akan berpencar ke 6 arah dan berkumpul kembali 3 bulan lagi tuan...”, ucap tengkorak itu.
“Begitu... baiklah... kembali ke tempat penjagaan mu...”, ucap vera.
“Hei... kelihatnnya kau punya rencana...”, ucap POD pada vera yang tersenyum licik.
“Begitulah... saat mereka berpencar akan mudah bagi kita untuk membangkitkan kekuatan yang belum bangkit...”, ucap vera.
“Hm... kau benar... selama half itu masih sibuk... bisa kita manfaatkan...”
“Yah... tapi kita harus hati-hati jangan sampai mereka ketahuan...”
“Aku tahu...”
“Nah... kalau begitu... kita mulai rencana kita...”, ucp vera yang mulai terkekeh-kekeh.
“Nenek vera batuk...”, ucap seseorang dari dalam kegelapan.
“Ah... kalian...”, ucap POD yang tak lain adalah selain dengan mata berbinar.
Dari dalam kegelapan terlihat 3 sosok berdiri di sana dengan seulas senyum tergambar di wajah mereka.

- Dome kafe –

“Jadi setiap grup kuberikan ini...”, ucap ai sambil menunjukkan 7 buah kaluang liontin dengan ukiran elf wanita di tengahnya.
“Itu apa ai?”, tanya misa yang baru pertama kali melihat benda itu.
“Semacam kartu kredit... kalau kalian kehabisan uang kami akan mengirimkan kepada kalian setiap minggunya dengan jumlah yang sama dan tidak ada tambahan”, jelas mei mendetail.
“Yup... dan liontin ini juga bisa digunakan untuk komunikasi”, ucap miss.
“Eh? Caranya miss?”, tanya misa penasaran.
“Kalian lihat ada 8 batu peemata dengan no kan? Kalau kalian menekan no 1 akan tersambung dengan milik regu 1, begitu seterusnya. Untuk tersambung dengan kami tekan saja yang no 8”, jelas miss.
“Ok... jadi regu 1 dipegang Michi, regu 2 max, regu 3 reita, regu 4 pure, regu 5 kyu, regu 6 kup, regu 7 g usah disebut!”, uacp alex sambil melemparkan liontin yang dipegangnya pada masing-masing kepala regu.
“Ngasihnya yang bener lex!”, ucap killua setengah berteriak.
“Biarin! Salah sendiri gw g dimasukin regu yang keluar!”, balas alex.
“Menurut pengamatan kamu lagi kasmaran dengan seir. Kalau kamu keluar kamu kan tidak mungkin bertemu dengannya”, ucap ficel mencari jalan tengah, alex langsung terdiam mendengar hal itu dan mulai terbang ke langit yang lebih tinggi.
“Sudah pada hapal kerjaan alex...”
Tidak lama setelah itu mereka langsung berjalan menuju arah yang sudah di tentukan. Sedangkan killua pergi kesebuah kota yang bernama garivega dimana ada yang mengatakan kalau disitu terdapat seorang informan yang tahu mengenai seluk beluk dunia ini dan juga dunia yang lain.
“Kafe yang ditinggalkan terasa sepi...”, ucap ai yang terduduk di lantai sambil melemparkan dadu untuk bermain meneleni yang suka diamainkan oleh kup, michi dan alex.
“Nanti juga ramai kalau mereka sudah kembali...”, ucapa mei menghibur ai sambil mengepel lantai kafe dan menyuruh leme dan miss untuk menyiapakan meja yang akan di pakai.
“Eh... ai... cara main meneleni gimana?”, tanya alex mengalihakn perhatian.
“Gini caranya... sama kayak monopoli... bedanya cuma yang dipakai bukan negara... tapi budak...”, ucap ai. Alex langsung memandang ai dengan pandangan menerawang jauh.
“Budak? Kok gitu? Siapa yang buat permainan aneh ini!?”, ucap alex.
“Aku yang bikin...”
“Seir!”, alex langsung tersenyum begitu tahu siapa yang berdiri dibelakangnya.
“Waah... tumben sepi... kemana temanmu?”, tanya seir.
“Belum buka!”, mei geram dan langsung menyiram seiront dengan air yang digunaknnya untuk mengepel namun meleset dan mengenai ai.
“Huwehh... gaun merah ku...”
“Wups... maaf ai...”

Rabu, 15 April 2009

Another chara


kuphien
(bwekekekek... kertas yang asli entah kemana)


mei
(gga bisa bikin baju ala waitress)


miss
(Pengen m0del sailor)


kil
(detektive parah)


leme
(nyaa... pendahulu pembuatan fanfic j-clubs)

See ya...
jaa mata neeeeeeeeeeeeee

fantasy of j-clubs (bagian empat)

Misa duduk berhadapan dengan kise dengan pandangan tidak mengerti kearah pemuda itu. Sedangakan leme pergi meninggalkan mereka berdua menuju kafe sendiri karena sudah bosan menunggu dan melhjat keduanya.

“Kise… ini dimana?”, Tanya misa memecah keheningan.

“Eh!? Aku belum bilang ya mis”, Tanya kise asal. Misa mengangguk pelan.

“Kise… kasih tau…”, ucap misa makin bingung.

“Gi… gini… kita ada di dimensi lain…”, jawab kise agak canggung.

“Dimensi… lain?”, ulang misa dengan pandangan tidak mengerti sama sekali.

“Iya… seingatmu kapan kita ada di dufan?”

“Beberapa menit yang lalu…”, jwab misa sambil menggaruk pipi kirinya.

“Uwah… misa enak… nyampe-nyampe udah ketemu kise…”, ucap seseorang dari belakang misa. Misa berbalik dan melihat pure dan kup sedang berdiri dibelakangnya sambil membewa beberapa belajaan yang diminta oleh mei.

“Pure!? Kup!?”, ucap kise dan misa bersamaan.

“Yo… lama tak jumpa…”, ucap kup sambil meletakkan barang bawaannya ke atas meja.

“Boleh gabung kan?”, Tanya pure agak ragu sambil melihat ke arah alex dan seiront yang duduk di meja yang lain.

“Duduk aja pure…”, ucap kise salah tingkah.

“Em? Kise lucu ya…”, ucap misa sambil tertawa kecil.

“Lucu gimana?”, tanya kup.

“Lucu aja…”

Pembicaraan terus berlanjut selama beberapa jam. Pada menit ke 30 alex dan seiront memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan jalan-jalan ke sekitar kota.

Tanpa ada seorang pun yang menyadarinya, seseorang tengah memperhatikan mereka dari atas atap gedung yang lain. Seorang gadis yang tengah mengenakan sebuah gaun berwarna hitam dan putih dan mata yang dipenuhi kekosongan.

“Ini ulahmu juga ya…”, ucap katsu dengan nada lirih.

“Wah… wah… tidak sopan lho kat…”, ucap seseorang yang tiba-tiba saja berdiri di belakang katsu.

Katsu reflek melompat kesamping beberapa meter dengan pandangan sinis.

“Hei… apa itu yang disebutan smbutan yang hangat dari seorang angel?”, ucap orang itu sambil tersenyum bagaikan seorang malaikat.

“Aku half tau…”, ucap katsu dengan kesal…

“Sama saja… mau half… mau malaikat… mau iblis…”, ucap gadis berjubah hitam itu.

“Vera… kenapa kamu berpihak pada prince of darkness…”, tanya katsu pada orang itu. Ternyata gadis itu adalah vera.

“Kau ingin tahu… kalau begitu lihatlah sampai akhir scenario yang sudah disiapkan olehnya…”, ucap vera sambil tersenyum dan langsung menghilang sambil meninggalkan jubah hitamnya tertiup angin menuju ke arah katsu berdiri.

“Uwah… hebat… jadi ada kafe yang namanya dome kafe?”, ucap misa penuh kegirangan.

“Iya…”, ucap pure sambil tersenyum.

Dari tempat katsu berada terdengar suara ledakan yang membuar gadis itu terpental sampai ke tempat kise dan yang lainnya.

“Ka… katsu!?”, ucap pure agak terkejut dengan itu. Belum hilang perasaan terkejut mereka, jubah hitam yang ditinggalkan oleh vera terbang ke arah mereka daan di dalam jubah itu terlihat sebuah tengkorak yang memegang sebuah sabit dewa kematian.

“Eh? De… dewa kematian?”, ucap pure sambil menunjuk ke arah tengkorak itu…

“Uhuk-uhuk…”, katsu bangkit dari pembaringannya di lantai. Pengunjung yang lain sudah lari begitu melihat tengkorak itu.

“Katsu!? Kamu nggak kenapa-napa?”, tanya misa dan kise secara bersamaan. Katsu melihat ke arah misa sejenak dengan pandangan tajam.

“Aku… tidak apa-apa… ada hal… yang lebih penting dari itu…”, ucap katsu sambil berdiri dengan gemetaran.

“Katsu… jangan bergerak dulu…”, ucap pure yag melihat darah segar megalir dari mulut katsu.

“Katsu… gimana caranya berubah wujud?”, tanya kup sambil melihat lurus kea rah dewa kematian yang mulai menghancurkan kota itu.

“keinginan adalah penggerak kekuatan... fantasy adalah penyelamat...”, ucap katsu.

“Arti dari kalimat itu apa?”, tanya kise agak berteriak.

“Hanya jalankan fantasy mu… dan kau akan memperoleh kekuatan…” ucap katsu.

“Kalian mau mencoba?”, tanya kup dengan senyum kecil terlukis di wajahnya.

Semua mengangguk. Hanya misa yang tidak… sebuah senyum terlukis di wajahnya.

“Fantasy adalah kekuatan… keinginan adalah penyelamat… transform!”, ucap kup, pure dan kise secara bersamaan. Tubuh ketiganya bersinar dan mulai berubah menjadi bentuk yang berbeda.

“Innocent soul…”, pure menjadi seorang peri yang mengenakan sebuah gaun pendek berwarna putih bersih dengan sepasang sayap tumbuh di punggungnya.

“Time hunter…”, kise berubah menjadi seorang pria ber jas hijau dengan beberapa jam dipegangnya.

“Ksatria sarung hitam…”, kup berubah menjadi seorang pendekar yang mengenakan sebuah sarung hitam yang menutupi wajahnya.

“Uwah... beneran berubah...”, ucap pure.

“Hem... orang yang percaya akan fantasy pasti bisa berubah...”, ucap katsu sambil menutup matanya dan terjatuh tak sadarkan diri.

“Katsu!?”, pure berlari ke arah katsu. Sebuah jurus hinggap di benaknya. “Power of healing...”, pure mengucapkan beberapa mantra, dari cincin yang terpasang di jari kirinya keluar mahkluk yang langsung meminkan sebuah biola dan membuat luka yang ada di tubuh katsu berangsur-angsur menghilang.

“Kakuatan penyembuhan toh pure...”, ucap kise. Namun tidak ditanggapi oleh pure yang berkonsentrasi.

“Kalau gitu... urusan tengkorak itu bagian kita ya...”, ucap kup dengan penuh percaya diri.

“Tapi... lu mah enak... senjata lo pedang laser... lah gw... jam banyak amat...”, ucap kise dengan pandangan menerawang. Kup meninggalkan kise dibelakang dan langsung enyerang tengkorak itu.

“Kise... kise...”, misa menarik pelan jas hijau yang dikenakan oleh kise. Kise berbalik dan melihat sebuah senyuman lembut terlukis di wajah misa.

“Mi... misa?”, kise manjadi salah tingkah melihat misa yang tersenyum begitu lembut dihadapannya.

“Berjuang ya...’, ucap misa sambil mengepal kedua tangannya memberi dukungan pada kise. Wajah kise memerah dan langsung timbul semangat.

“Sih kise niat ngelawan g sih?”, gumam kup sambil menahan serangan sabit dari dewa kematian itu.

“Khu... khu...”

“Ketawa?”, tanya kup pada tengorak itu dengan tenangnya.

“Princess akan bangkit...”, ucap tengkorak itu.

“Princess?”, kup mengulang ucapannnya.

“Prince sudah menyiapkan semuanya... untuk menyambut kehadiran san pri---“, belum sempat tengkorak itu menyelesaikan ucapannya, perlahan tubuhnya mulai hilang menjadi abu dan jatuh ke tanah hanya menyisakan jubah hitam yang tadi dikenakannya.

“Ah... kekuatan mengendalikan waktu...”, ucap kise.

“Kise hebat...”, misa bertepuk tangan melihat kehebatan kise.

“Kise bego... dengerin dulu ucapan dia...”, ucap kup berbalik ke arah kise dengan pandangan ingin membunuh.

“Ucapan? Emang dia ngomong?”, tanya kise.

“Perasaan tadi kup ngomong sendiri”, tambah misa yamng juga tidak mengerti.

“Eh?”, kup terdiam sesaat dan mulai tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.

Pure berlari keluar dari arah restaurant sambil mengucapkan kalau katsu sudah sadar. Semua langsung berkumpul di tempat katsu dan kembali ke wujud normalnya.

“Hm... jadi kalain sudah berubah...”, ucap katsu agak tenang.

“Em... kat... bisa kasi tahu apa yang sebenernya terjadi...”, ucap kup dengan pandangan tajam ke arah katsu.

“Entahlah... pengetahuanku terbatas... aku masih belum bebas...”, ucap katsu yang langsung hilang menjadi debu.

“Eh!? Jadi debu!?”, ucap pure tidak percaya.

“Seperti cerita dari alex...”, ucap kise menerawang.

Mereka berempat terdiam dan saling melihat ke penjuru ruangan.

“Wah...jadi kup bisa mengerti ucapan tengkorakku yang manis...”, ucap vera dari atas atap. Ditangannya terikat beberapa benang yang sudah putus.

“Kelihatannya tengkorakmu sudah dua kali gagal...”, ucap seseorang berjubah hitam yang megenakan sebuah topeng.

“Tidak apa-apa dunk se--- ah... maksudku prince of darkness...”, ucap vera buru-buru membetulkan ucapannya.

“Yah... sudahlah... yang penting beberpa kekuatan bangkit kembali... 3 sekaligus...”, ucap pria berjubah hitam itu.

“Yup... dan princess akan segera bangkit...”, ucap vera.

“Pertahankan terus kerjamu ya...Princess of vodoo...”, ucap pria itu dan langsung pergi meninggalkan ruangan.

“Serahkan padaku...”, ucap vera sambil berbalik ke arah sebuah tabung yang ada dibelakangnya. Samar-samar dari dalam tabung itu terlihat sesosok tubuh yang tertidur di dalam sebuah cairan. “Tunggu sebentar lagi ya...”, vera tersenyum lembut ke arah tabung itu.

-Dome cafe-

“Eh!? Kise, kup sama pure udah bisa berubah!?”, ucap leme sambil menggebrak meja geram.

“Ya... begitulah...”, ucap kise yang duduk disebelah misa.

“Curang... leme juga mau...”, ucap leme sambil mengembugkan pipinya.

“Salah leme sendiri tadi pulang duluan...”, ucap mei sambil meletakkan 3 gelas jus buah di meja tempat kise, misa dan leme berada.

“Uwah... seragam mei lucu banget...”, ucap misa terpana.

“Mis mau coba...?”, tanya kise pada misa. Misa mengangguk pelan.

“Kis... jangan manggil mis... nanti ketuker sama yang satu lagi...”, ucap leme.

“Eh? Ada yang pake nama misa juga?”, tanya misa tidak mengerti.

“Ah... misa nggak kenal mi----“

“Aku kembali dengan seseorang...”, belum sempat mei menyelesaikn ucapannya, miss masik bersama seorang gadis yang mengenakan jilbab berwarna merah.

“Panjang umur...”, ucap kise.

“Yang bener umur habis...”, ucap leme.

“Ha... hantu!?”, misa langsung bersembunyi di belakang kise dengan gemetaran.

“Bukan kok... dia nak nimbuzz juga mis...”, ucap kise sambil mengelus pelan kepala misa. Wajah misa menjadi merona padam.

“Em... sepertinya ada drama ke-tiga...”, ucap miss menggelengkan kepalanya.

“Gitu deh miss...”, ucap mei sambil memcatat pesanan seorng pengunjung yang berada di sebelah meja kise.

“Aku, miss sama mei adalah penonton sejati drama dome cafe!”, ucap leme dengan pandangan berbinar.

“Um... am...”, gadis yang datang bersama miss tadi menarik lengan baju leme.

“Eh!? Keechi!?”, ucap leme agak terkejut begitu menyadari siapa yang ada di belakangnya. Keechi mengangkat tangan kanannya.

“Dari tadi nyadar kek...”, ucap keechi dengan sedikit bergumam.

“Aku sudah nyadar dari tadi...”, ucap mei agak cuek.

“Ayank...”, terdengar suara manja dari arah tangga menuju lantai 2.

“Wah... kayaknya bakal ada dua drama yang mau tampail... mau liat yang mana dulu?”, tanya leme bersemangat. Lupa akan hal yang membuatnya kesal tadi.

“Yang ini...”, ucap miss sambil menunjuk ke arah kise dan leme yang masih terpaku diam sambil saling berpandangan.

“Banyak kerjaan...”, mei kembali ke meja bartendet untuk membuat minuman pesanan yang baru saja dipesan itu.

“Um... tadi katanya drama ke-tiga? Kise sama misa... shiro sama kaze... trus siapa sama siapa?”, tanya kee tidak begitu mengerti sambil memperhatikan kaze dan shiro yang sudah sampai dio meja favorite mereka. Meja dekat dapur yang sudah sengaja dihiasi dengan bunga-bunga.

“Seiront sama alex...”, ucap leme dan miss sibuk menonton adegan mesra di depan mereka.

“Eh!? Atol!? Sama phi!? Adu duh...”, wajah keechi kontan merah padam begitu mendengar hal itu.

“Bukan seiront yang atol... tapi yang ini co---“, belum sempat leme menyelesaikan ucapannya pelanggan yang tadi duduk di meja belakangnya berdiri sambil mencengkeram meja hingga retak.

“F--- flo!?”, pemuda yang duduk di depan gadis itu memasang pandangan ketakutan.

“Eh!? Ada apa?”, tanya mei sambil menatuh pesanan mereka.

“Kak seiront... sudah punya kekasih toh...”, ucap gadis itu menahan emosi.

“Em? Kau kenal seiront...?”, tanya mei pada gadis itu. Leme, miss dan kee mengalihka perhatian mereka pada adegan lain dari drama ini.

“Kayaknya seruan yang ini...”, ucap miss dengan tampang penasaran.

“Em... flo... itu kan salah mu sendiri tidak meyatakan perasaan dari dulu...”, ucap pemuda yang duduk di depan flo. Pemuda itu memiliki telinga yang cukup panjang dan runcing dengan rambut pirang panjang. Sedangkan flo memiliki rambut merah menyala yang sedikit bergelombang.

“Hum... kita bicara dia atas saja... soalnya...”, mei memejamkan matanya sambil menunjuk ke arah leme, miss dan keechi yang tengah menonton.

“Eh... ba... baik...”, reynard tidak begitu mengerti dan hanya mengikuti permintaan mei.

“Yah... mei jahat banget...”, ucap leme agak kecewa.

“Padahal aku penasaran...”, tambah miss.

“Yang tega itu kalian... memangnya ini tontonan apa?”, ucap keechi.

Di lain pihak, misa dan kise sudah hilang dari meja mereka sambil meninggalkan 2 gelas minuman yang sudah kosong. Dengan agak terpaksa mereka melihat ke arah kaze dengan shiro dari jarak sekitar 10 meter.

“Ayank... coba deh kuenya...”, ucap kaze sambil menyuapkan sesendok kue yang kelihatannya baru keluar dari panggangan.

“Aaaa”, shiro membuka mulutnya dan memakan kue yang baru saja di suapi oleh kaze.

“Gimana?”, tanya kaze dengan pandangan berbinar penuh harap.

“Um... enak kok...”, ucap shiro sambil mengambil elih sendok yang dipegang oleh kaze untuk bergantian menyuapi.

“Mau gantian ya?”, tanya kaze dengan manja.

“Bukan...”, shiro mnyuap sendiri kue yang ada dihadapannya. Tapi tidak dia kunyah, hanya digigit. Dan dalam hitungan detik wajahnya sudah mulai mendekati wajah kaze.

“Nakal...”, ucap kaze sambil memejamkan matanya.

“...”, miss, leme dan keechi hanya terdiam melihat pemandangan itu.

“Ciaat...”, vamp yang baru saja masuk langsung memukul kepala shiro dari belakang yang membuatnya jatu tepat di atas kue yang ada di atas meja.

“Shi... shiro!?”, panggil kaze.

“Kenapa selalu gagal...”, shiro bangkit dengan wajah penuh krim kue dan berjalan menuju dapur untuk membersihkan kue yang menempel di wajahnya. Kaze berjalan mengikuti shiro yang terlihat suram dari belakang.

“Hah... sukses...”, ucap vamp sambil menghela nafas.

“Vamp bego!?”, leme dan miss kompak mengucapkan hal itu dan langsung memukul wajah vamp hingg ia terpental jauh ke luar jendela. Beruntung saat itu jendela sedang terbuka, sehingga ia tidak membentur apapun saat keluar dari jendela.

“Woi... anak orang mati tuh...”, ucap keechi sambil menunjuk ke arah vamp yang masih belum mendarat.

“Mati juga g pa-pa... artinya aku dapet temen sesama hantu...”, ucap miss dengan wajah berbinar.

“Tapi kalau vamp yang mati... bukan hantu... tapi jadi vampire beneran!?”, ucap leme dengan pandangan menerawang.

“Kyaa... jangan bilang gitu lem...”, ucap keechi pucat.

“Khi... khi...”

“Hei... ngerasa denger suara g?”, tanya leme.

“Suara apa?”, tanya miss dan keechi bersamaan.

“Suara khi... khi... gitu”

“Enggak... mang kena---“, belum sempat keechi menyelesaikan ucapanya pintu masuk rusak karena di dobrak.

“Eh?”, sesosok serangga raksasa berdiri di depan pintu. Kaze dan shiro keluar dari dapur dan melihat serangga itu.

“Ke... kecoa raksasa!?”, ucap keechi dan leme bersamaan. Kaze bersembunyi dibelakang shiro dengan tubuh gemetaran. Sedangkan miss terpaku membisu.

“Kenapa serangganya harus hewan paling menjijikkan sedunia!?”, tanya kaze setengah membentak.

Sementara itu, dari arah luar ada yang dua orang yang tengah memperhatikan.

“Hum... apa terlalu keterlaluan ya?” tanya vera dengan senyum manis.

“Tidak juga... sepertinya akan lebih dari 3 kekuatan yang bangkit...”, ucap pria yang suka dipanggil prince or darkness oleh vera.

“Hihi... semakin banyak kekuatan, semakin cepat dunia ini hancur...”, vera tertawa kecil dan langsung menghilang ke dalam sebuah portal hitam.

“Hum... sampai jumpa lain kali... sayonara...”, ucap prince of darkness berjalan ke dalam portal hitam.

“...”, Juki keluar dari belakang gedung dengan pandangan mata tajam ke arah portal yang berangsur-angsur menghilang itu.

Di dalam, leme sibuk berlari mengitari kafe dikejar oleh kecoa raksasa itu.

“Uwaaah... gw benci kecoa raksasa!”, ucap leme setengah berteriak. Sementara yang lain sibuk mencari racun serangga...

Kamis, 09 April 2009

Another chara

jangan salahkan aku bilamana gambarnya aneh dan ga jelas sama sekali XD
\ini yang minta c phi.....

kaze dan shiro
(entah kenapa gw pengennya bikin mereka berdua)

Juki
(krudungnya aneh ah...)

Ega
(jadi kayak cewek...)

alex
(yang minta di buatin nih)


yang lainnya besok yah... jaa ne

Fantasy of j-clubs (bagian ke tiga)

“Infra red!”, alex berteriak sambil mengerahkan tongkatnya ke arah kerumunan tengkorak yang menyerangnya. Sinar berwarna merah memancar lurus dan menghancurkan tengkorak yang berada pada radius jangkauan sinar itu yang tidak terlalu jauh.

Sementara miss dan leme bersembunyi di belakang meja bartender berusaha menyedarkan mei dan kaze yang belum siuman.

“Hah... hah... g... ada habis-habisnya...”, ucap alex yang mulai kehabisan nafas. Keringat mulai membasahi wajahnya menetes ke atas lantai.

“Phi! Berjuang!”, ucap miss sambil mengibarkan bendera bertuliskan ‘Berjuanglah malaikat alex’ sementara leme mengenakan kostum pemandu sorak dan meneriakkan “Go! Go! Alex pasti menang!”, sambil menari bak cheerleader.

“Bantuin!”, alex bebalik dan langsung berteriak.

“Kami g bisa bertarung! Cuma jadi penggangu ntar!”, ucap miss langsung bersembunyi.

“Mangkanya kami bantu dengan cara kasih semangat”, ucap leme sambil tersenyum lebar.

“Bikin grogi tahu!”, ucap alex dengan pandangan menerawang.

“Alex! Belakang!”, miss dan leme berteriak bersamaan memperingatkan alex.

Alex berbalik, namun terlambat... sebuah tengkorak tengah siap menghembuskan kapak milkinya ke arah alex. Alex hanya reflek dengan menutup matanya.

“Cold breath!”, teriak seseorang. Dan dalam sekejap puluhan tengkorak menghilang lenyap menjadi abu diterpa hembusan angin dingin, termasuk tengkorak yang ingin menyerang alex.

Alex membuka matanya perlahan... para tengkorak pun melihat ke arah serangan yang berhasil memusnahkan sebagian besar kawanannya itu. Seorang wanita berdiri di depan pintu kafe sambil menggengam pedang yang mulai mengluarkan asap. Lantai yang di lalui oleh serangan itupun tidak luput menjadi hancur karena serangan itu.

“Reita memang keren!”, ucap wanita itu sambil mengacungkan ibu jarinya.

“Wah... nanti kamu yang bayar biaya perbaikannya ya...”, ucap pemuda yang berdiri di samping wanita itu sambil tersenyum.

“Reita! Ega!”, alex, leme dan miss bersamaan menyebut nama kedua orang itu sambil terpana melihatnya.

“Yo! Kayaknya kalian baik-baik aja...”, ucap reita sambil megedipkan matanya.

“Eh... sisanya boleh buat gw g rei?”, tanya ega sambil mengambil sesuatu dari dalam jubahnya.

“Hehe... serah kau aja ga...”, ucap reita dengan senyum agak terpaksa.

“Uwah... ega sama reita keren banget”, ucap miss sambil menyatukan kedua tangannya sambil terpana dengan gaya ega yang bagaikan pahlawan.

“Jadi... love form...”, sesaat setelah ega mengucapkan hal itu tubuhnya bersinar dan mulai berubah menjadi...

“...”, semua yang ada hanya bisa terpaku membisu sambil melihat dengan pandangan menerawang. Reita yang sudah tahu hal itu hanya tersenyum agak terpaksa.

Naughty okama akan menghukum mu dengan kekuatan cinta...”, ucap ega sambil mengedipkan matanya dengan gaya bagaikan pahlawan cewek di komik-komik. Kekaguman yang tadi di rasakan oleh leme dan miss langsung hancur menjadi abu dan hilang entah kemana.

Ega saat itu mengenakan sebuah seragam sailor dengan rok mini dan lengan panjang. Rambutnya yang tadinya pendek menjadi panjang dan diikat kuncir kuda. Sebuah senapan laras panjang berad di genggaman tangan kirinya berwarna perak mengkilap. (Ega... ni inspirasi datengnya dari primary lo... JANGAN PROTES!?).

“Udah cukup...”, ucap alex yang mulai mengeluarkan hawa kelam.

“Ph... phi?”, leme menyadari hal itu dan berusaha menegur alex. Namun...

“Dengan kekuatan kebenaran... akan kuhancurkan pa---“

“Love attack”, ega langsung memotong ucapan alex sambil menembakan sesuatu dari senapannya. Tapi bukan peluru. Melainkan sebuah balon berbentuk hati yang melayang menuju para kawanan tengorak yang masih terpana melihat perubahan ega.

Sesaat setelah balon hati itu menyentuh satu tengkorak... sebuah ledakan besar terdengar. Namun anehnya tidak ada bangunan yang hancur. Hanya para tengorak menghilang tak tersisa.

“Uhuk-uhuk...”, asap hitam memenuhi ruangan dan membuat mereka berhamburan keluar. Tentunya mei dan kaze terpaksa di seret karena waktu untuk keluar amat sangat sempit.

“Ega... lain kali pehitungkan efek ledakannya...”, ucap reita menahan emosinya.

“Duh... sori... g sengaja jeng...”, ucap ega sambil meletakkan telunjuknya di depan bibirnya dengan suara yang di manis-maniskan. Sesaat setelah itu tubuhnya bersinar kembali dan kembali menjadi biasa dengan sebuah mantel abu-abu.

“Ega... caranya berubah gimana?”, tanya leme dengan pandangan bersinar.

“G tahu lem...”, ucap ega langsung tersenyum tanpa beban.

“Kalo g tahu cara lo berubah gimana!?”, leme langsung memukul wajah ega dan membuatnya tersungkur ke tanah.

“Lemper... jangan emosi dulu...”, miss berusaha menenangkan leme.

“Hah...”

“Ega... mati kau...”, gantian alex yang tersulut emosinya. Tongkat kristal yang di pegangnya mulai bersinar dan bersiap menembakkan sebuah sianar merah lainnya.

“Waaa... phi! Jangan tembak!”, ucap ega yang langsung bersembunyi ke belakang reita yang tengah sibuk membetulkan ikatan pedangnya.

“Gaun ku... gaun ku yang indah... jadi rusak gini gara-gara elo! Infra red!”, ucap alex, secercah sinar merah keluar dan langsung mengenai reita tanpa penghalang sedikitpun. Alex tersulut amarahnya begitu menyadari gaun merah yang dikenakannya robek di bagian lengan kanannya gara-gara ledakan yang disebabkan oleh ega tadi.

“Aduh... mati ya? Mati ya?”, tanya miss penasaran.

“Gawat... untuk berikutnya jangan membuat phi marah...”, ucap leme dengan tubuh gemetaran.

Dari kepulan asap yang ditimbulkan oleh tembakan sinar dari tongkat alex terlihat dua sososk bayangan. Sedikit demi sedikit kepulan asap itu hilang dan terlihat kalau reita berhasil menghalau sinar alex dengan sebuah pelindung yang terbuat dari es yang mulai menghilang.

“Eh? Es?”, ucap alex bingung.

“Hehe... perubahanku tuh cool soul... yang bisa berarti keren dan dingin...”, ucap reita dengan senyum lebar.

“Gimana caranya berubah...!?”, tanya leme penasaran.

“Bicaranya nanti saja... ayo bawa mei dan kaze ke kamar mereka”, ucap miss.

Setelah itu mereka membawa kaze dan mei ke kamar masing-masing. Setelah memastikan kalau kondisi kedua gadis itu baik-baik saja mereka berkumpul kembali di ruang dapur karena ruangan kafe sudah porak-poranda.

“Jadi... gimana caranya!?”, tanya leme yang sudah tidak bisa menehan diri.

“Hum... alex gimana? Kalau aku tiba-tiba saja bisa”, ucap ega sambil membuka lemari es. Mencari makanan yang bisa dimakan.

“Jiwa perubahan memangilku...”, ucap reita yang berdiri bersandar ke tembok tanpa melepaskan pedang yang memiliki lambang tengkorak di sarungnya itu.

“Taruhan... aku cuma mastiin ucapan katsu...”, ucap alex yang sudah kembali ke wujud asalnya karena melihat gaun yang dikenakan untuk perubahannya sudah rusak.

“Ucapan katsu?”, leme tidak begitu mengerti karena tidak mendengarkan ucapan katsu dengan jelas. Perhatiannya saat itu tertuju pada shiro yang ternyata merupakan tengkorak.

“Keiginan adalah penggerak kekuatan... fantasy adalah penyelamat...”, ucap miss mengingatkan leme.

“Maksudnya apa miss?”, tanya leme masih tidak mengerti. Semua hanya menggelengkan kepalanya. Tanda mereka juga tidak mengerti dengan arti kalimat itu.

“Katsu itu... kenapa dia g mau jela---“

“UWAAAA!? Kafe gw kenapa ini!?”, belum sempat reita menyelesaikan ucapannya terdengar teriakan dari depan. Reflek semua yang ada di dapur berlari ke arah luar melihat apa yang terjadi.

Di pintu masuk mereka melihat kup yang terduduk dilantai dengan wajah pucat. Dan yang lainnya melihat dengan pandangan tidak percaya, ditambah tiga orang lain yang tidak asing bagi mereka.

“Kup... ini ada penjelasannya...”, ucap leme agak ragu melihat pandangan kup.

“Jeng kyo ku...”, ucap ega tanpa memperdulikan yang lain.

“Jeng ega!”, balas kyo.

“Wah... aku mau tanya... ini kafe atau daerah bekas tsunami?”, tanya killua sambil mengangkat tangannya.

“Dua-duanya... tapi yang barusan bukan tsunami...”, ucap reita sambil menggaruk pipi kanannya, mengingat pembuat kerusakan terparah adalah dirinya sendiri.

“Kaze!? Mana kaze!?”, tanya shiro sambil memandang danbg mencengkeram pundak miss dengan keras (emang bisa?).

“Ada di kamar... dia pingsan sama mei...”, ucap miss. Shiro tidak berkata apapun dan langsung berlari ke arah kamar di lantai 2. berharap kaze baik-baik saja.

“Jadi... sebenernya ada apa!?”, tanya mich mengelihkan perhatian.

“Sebenernya...”

- at the same time... not far from there -

“Way... naik naga itu benar-benar nyaman...”, ucap seorang wanita yang tengah duduk di atas leher seekor naga putih sambil menikmati hembusan angin.

“R... rin... ini g terlalu cepat!?”, tanya seorang pemuda yang mengenakan jaket hitam.

“Ficel... jangan setakut itu kenapa...”, ucap gadis lain yang sedang duduk dengan tenang menikmati pemandangan indah yang terlihat dari atas.

“Pure... bisa-bisanya lo bisa tenang begitu aja...”, ucap ficel sambil berbalik ke arah pure.

“Hehe... habisnya angin sama pemandangannya indah...”, ucap pure sambil tersenyum.

“Udah kenapa nikmati saja... udaranya cerah ini...”, ucap rin yang masih duduk di leher naga putih itu.

“Yup... vamp aja g keberatan...”, ucap pure sambil menunjuk ke arah vamp yang dengan tenangnya berdiri di ekor naga yang ukurannya tidak terlalu luas untuk bediri satu kaki sekalipun.

“Dia mah punya banyak nyawa...”, ucap ficel sambil memandang ke arah vamp.

“Anginnya segar...”, ucap vamp sambil menikmati hembusan angin tanpa memperhatikan pergerakan ekor naga yang ditungganginya itu.

Dan dalam hitungan detik...

“Vamp!?”

Vampire terjatuh saat ekor naga itu bergerak ke samping untuk di kibaskan. Dan tentu saja... vamp terjun bebas tanpa persiapan maupun pengaman...

“Semuanya pegangan... kita bakal menukik...”, ucap rin. Ficel dan pure langsung berpegangan pada sisik naga itu dengan kuat.

- back to kafe -

“Begitu... yah... ambil sisi positifnya sajalah...”, ucap kup memaklumi kejadian itu begitu mendengar cerita yangs sebernarnya.

“Ku---“

“Yang co... nanti bebenah kafe ya... kalo dah makan siang”, ucap kup memotong ucapan alex.

“Ma---“

“Hum? Makan siang nanti apa?”, gantian leme yang memotong ucapan alex.

“Le---“

“Hihi... makan bakso kacang special nak dome...”, ucap kyo memotong ucapan alex lagi.

“Ky---“

“Eh? Maksudnya juki?”, tanya kise dengan pandangan berbinar-binar. Killua hanya menganggukan kepalanya. Bersamaan dengan anggukan kepala killua sebuah tubuh jatuh ke atas tubuh gadis (?) berbalut gaun putih yang belum di ketahui siapa nama sebenarnya itu.

“A... auw...”, ucap gadis (?) itu.

“Ma... maaf...”, ternyata yang jatuh itu adalah vamp yang jatuh menembus atas kafe. Vamp terdiam sesaat sambil melihat siapa yang baru saja dia timpa.

“Ka---“

“Manisnya... aku lagi di surga ya?”, ucap vamp yang langsung meraih ke dua tangan gadis (?) itu dengan wajah merona merah.

“KEKUATAN KEADILAN... TUNJUKKAN KAMI JALAN MENUJU KEDAMAIAN!?”, alex yang sudah kehabisan kesabaran karena ucapannya selalu dipotong memutuskan untuk berubah wujud tanpa memperdulikan gaunnya yang sudah rusak. Namun ternyata gaun yang rusak itu sudah kempali seperti semula dan berubah menjadi lebih indah dari yang sebelumnya.

“EH!? Ap... ap... PHI!?”, vamp langsung tersudut melihat alex yang berubah menjadi malaikat namun tatapannya bagaikan singa kelaparan yang baru saja menemukan mangsanya.

“Dari tadi... kalian selalu memotong ucapan ku... rasakan... in---“

“Vamp!!!”, lagi-lagi suara asing memotong ucapan alex yang belum selesai. Sesaat setelah itu seekor naga yang tadi dinaiki oleh vamp menabrak pitu masuk kafe dan membuatnya hancur menjadi serpihan.

“Ba... ba... Pintunya!?”, kup langsung membatu melihat hancurnya pintu kafe yang melengkapi kerusakan kafe itu.

“Aduh... kudu renovasi nih...”, ucap mich dengan pandangan menerawang.

“Serahkan urusan biaya padaku”, ucap ai sambil mengacungkan tangannya.

“Aha... rin! Kecepetan!”, ucap ficel protes atas pendaratan yang benar-benar sempurna sehingga membuat sebuah kafe hancur.

“...”, alex terdiam mematung tanpa mengucapkan apapun. Gaunnya yang tadinya panjang berubah menjadi sebuah gaun terusan dengan bawahan bagian depannya mencapai setengah pahanya sedangkan bagian belakang panjang hingga lutut. Lengan nya pun hilang, mungkin akibat kerusakan yang disebabkan oleh ega tadi.

“Ah... semuanya!?”, ucap pure begitu menyadari siapa saja yang ada disekitarnya saat itu.

“Pure! Rin! Ficel!”, ucap killua sembari melambaikan tangannya.

“Rin...”, leme langsung memeluk pure.

“Yang di panggil aku kok yang dipeluk pure?”, tanya rin tidak mengerti.

“Mau kupeluk?”, tanya sesorang dari belakang rin. Rin berbalik dan melihat miss berdiri melayang di belakangnya.

“Ficel!!!”, kise yang mengenakan kostum kecoa berlari ke arah ficel.

“Gyaaa... kecoak!”, tanpa pikir panjang rin langsung memukul telak kiseki hingga terpental. Sementara vampa yang baru saja jatuh dari langit masih memandangi gadis (?) yang mengenakan gaun putih itu.

“Em... kamu tidak mau bergabung dengan yang lain...”, ucap gadis (?) itu dengan nada lemah lembut.

“Hah... biarlah... kan langka dapat bicara dengan gadis secantik dirimu...”, ucap vamp sambil mengibaskan rambutnya yang menutupi matanya.

“Uwah... aku jadi tersanjung”, ucap gadis (?) itu dengan tersenyum.

“Siapa namamu?”, tanya vamp.

“Mei...”, ucap gadis (?) itu tanpa pikir panjang. Langsung saja sebuah pisau melayang mengenainya.

“Sori ya... aku... g cocok dengan gaun putih begitu”, ucap mei yang baru saja sadar.

“Sudah g kenapa-napa mei?”, tanya reita agak khawatir dengan wajah mei yang masih agak pucat.

“Iya... aku sadar karena bunyi jatuh yang keras tadi...”, ucap mei sambil tersenyum.

“Kenapa ribut sekali?”, tanya shiro dan kaze bersamaan sambil berjalan bergandengan tangan.

“Kakak...”, pure melambaikan tangan sambil berlari ke arah shiro dan berhenti tepat didepannya.

“Akh... bukan apa-apa... sudah... ngamar aja sana shro...”, ucap kyo usil.

Kaze dan shiro saling pandang untuk beberapa saat.

“G kenapa-napa kaz?”, tanya shiro. Kaze menggelengkan kepalanya. “Ya sudah... ke kamar dulu...”, ucap shiro yang langsung berbalik diikuti oleh kaze.

Langsung saja mich memukul kepala shiro yang membuat wajahnya membentur dinding dengan keras. Shiro berbalik ke arah michi.

“Apaan sih mich!?”, tanya shiro kesal.

“Elo yang apa-apaan! G sehat cewek sama cowok sekamar!”, ucap michi balik membentak.

“Gw cuma mau nganter! Muka si kaze pucat banget tahu!”, ucap shiro balik membentak.

“Eh? Eh?”, kaze merasa kalau posisisnya makin berpindah. Begitu ia sadari ternyata miss menggunakan kekuatannya untuk membuatnya pindah ke kamarnya. Menyadari hal itu kaze tersenyum sambil mengucapkan “Terima kasih”, miss hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum.

“Mei juga... ke kamar saja...”, ucap killua.

“Aku ngak papa... aku kan waitress...”, ucap mei.

“Kafe libur mei... istirahat aja dulu...”, ucap kup sambil memperhatikan kafe yang sudah porak-poranda.

“Ikh... ikh... jangan nyuekin aku!!!”, ucap alex kesal dengan semuanya. Secara tidak sadar ia sudah mengumpulkan sinar merah yang cukup banyak di ujung tonkat kristal miliknya itu.

Sinar merah itu tepat menuju ke arah kise dan ai yang tengah duduk di salah satu meja yang masih benar dan belum rusak.

“Kise!? Ai!?”, semua langsung berteriak menuju kepulan asap itu.

“Phi! Kamu itu kenapa sih!?”, ucap ficel setengah membentak ke arah alex yang menjadi pucat melihat apa yang telah dilakukannya.

Dari kepulan asap yang mulai menghilang itu tidak terlihat satu sosok pun yang terlihat.

“Hi... lang?”, ucap miss sambil membungkam mulutnya sendiri.

“Kise? Ai?”, pure berusaha menenangkan dirinya sendiri. Sedangkan kyo terjatuh ke lantai melihat hal yang terjadi didepannya.

“Phi... lain kali kendaliin kekuatan lho...”, ucap seseorang. Semua langsung melihat ke arah suara itu yang berasal dari depan cafe.

Ai dan kise terlihat berada di sebuah bola yang melayang di atas seseorang yang tidak asing lagi bagi mereka. Dibelakangnya terlihat sebuah gerobak bertuliskan bakso-kacang.

“Juki!?”

“Hadir...”, ucap juki sambil melambaikan tangannya.

Langsung saja juki melepaskan bola yang berisikan kise dan ai itu.

“Barusan... apa?”, tanya ai dan kise secara bersamaan.

“Bola pelindung?”, tanya rin pada juki. Juki hanya tersenyum penuh arti, namun tidak ada yang mengerti arti dari senyumannya itu.

“Huwah... maaf...”, ucap alex sambil memeluk kise dan ai secara bersamaan. Ai hanya mengelus pelan kepala alex, sedangkan kise tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan hanya diam saja.

“Sepertinya masih butuh latihan lebih banyak lagi...”, ucap juki sambil tersenyum.

Setelah itu juki mempersilahkan mereka duduk (?) dan mulai membuat bakso kacang untuk mereka semua tanpa banyak bicara. Yang lain hanya mengikuti dan diam seribu bahasa.

Beberapa jam setelah itu, kaze dan shiro turun dan bergabung dengan yang lainnya mendiskusikan rencana berikutnya.

“Jadi... kita semua akan berpencar untuk mengumpulkan anggota yang masih terpencar lainnya dan bergabung lagi disini...?”, ucap michi mengulang hasil rapat.

“Tapi... kita kan tidak bisa jalan sendiri-sendiri... gimana kalau ada apa-apa? Lagipula yang bisa bertarung cuma ega, reita, juki sama alex...”, ucap shiro.

“Akh... itu dia!”, ucap ega.

“Kalau gitu rencana ditunda gimana?”, tanya reita sambil melemparkan 3 bola keatas sekaligus.

“Ditunda?”, tanya leme.

“Iya juga... gimana kalau kita jalankan rencana kalau yang lain sudah bisa bertarung?”, ucap miss mengusulkan.

“Caranya?”, tanya kup.

“Cuma ada satu petunjuk...”, ucap mei sambil menggaruk kepalanya.

“Petunjuk?”, tanya ai.

“Iya... kalimat terakhir milik katsu...”, ucap kaze manambahkan.

“Keinginan adalah penggerak kekuatan... fantasy adalah penyelamat...”, ucap alex sambil memalingkan wajahnya.

“Aku g ngerti...”, ucap kise.

“Udahlah... itu nanti saja... siapa namamu...”, ucap vamp mengalihkan perhatian pada gadis (?) bergaun putih yang duduk disebelahnya.

“Maxi...”, ucap gadis (?) yang ternyata cowok itu sambil tersenyum.

“...”, semua langsung terdiam mendengar kalimat itu. Setelah itu rapat selesai tanpa ada hasil akhir. Hanya daftar pekerjaan untuk membetulkan kafe yang rusak parah. Dan dalam waktu satu bulan akhirnya kafe bisa kembali seperti semula, walau ada beberapa perubahan dan kafe menjadi lebih besar dari sebelumnya.

20 september...

“Pada hari minggu kuturut kise ke kota... jalan kaki ampe gempor tetap tidak di gubris...”, leme menyanyi dengan maksud menyindir kise yang seenaknya mengajaknya, max, dan alex menuju toko senjata.

“Lem... jangan ngutak-atik lagu orang gitu... ada pasalnya nya...”, ucap kise agak tersinggung dengan lagu yang leme nyanyikan.

“Nyadar toh...”, ucap leme sambil meletakkan kedua tangannya di pinggangnya.

“Tega amat... lagian kalo g mau ikut kenapa g bilang?”, tanya kise.

“Habisnya... tau ndiri di kafe cuma ada si kaze sama shiro...”, ucap leme dengan pandangan menerawang.

“Kan ada mei...”, ucap max sambil terus menyedot minuman yang baru saja dibelinya.

“Mei sibuk mondar mandir! Miss menghilang entah kemana...”, ucap leme setengah berteriak.

“Haha...”, max tetawa dengan nada yang dipaksakan.

“Ganti topik... tumben amat pake baju normal max...”, tanya kise yang baru saja menyadari kalau max tidak menggunakan gaun seperti biasanya.

“Kagak ada yang bisa dijadiin objek percobaan...”, jawab max yang langsung berjalan memasuki sebuah toko meninggalkan yanglain sambil melambaikan tangan.

“Heh!? Udah kabur aja tuh anak...”, ucap leme agak kesal.

“Em... lem... kalau gini kesannya kayak double date...”, uca kise sambil menggaruk pipi kanannya sambil memalingkan pandangan matanya ke arah lain.

“Ciattt... double date apaan!?”, ucap leme sambil memukul keras-keras wajah kise.

“Kalau gitu lakuin sesuatu sama yang dibelakang”, ucap kise setengah berteriak sambil menunjuk ke arah dibelakang mereka.

Dibelakang alex tengan bercanda ria dengan seiront yang ditemuainya 20 menit yang lalu.

“Enggak... entar nasib gw bisa kayak elo ma ai dulu...”, ucap leme sambil menyilangkan kedua tangannya.

“Huh... coba ada temen nge date...”, ucap kise ngelantur.

“Ngelanturna entar aja... ini kita mau kemana?”, tanya leme tidak memperdulikan alex dan seiront di belakang.

“Jah ilah... nggalk berperasaan amat sih lem?”, ucap kise dengan nada agak kesal. Dia mengadahkan kepalanya menatap langit yang kebiruan.

“Em?”, sesuatu turan dengan kecepatan tinggi dari atas langit. Lama-kelamaan benda itu makin dekat ke permukaan tanah. Dan akhirnya...

“Kise!?”, benda itu jatuh ke atas kise. Dari kepulan asap terlihat seorang anak perempuan jatuh terduduk di atas kise.

“Mi... misa!?”, semua terdiam melihat siapa yang baru saja jatuh ke atas tunuh kise.