“Ayank... usir kecoanya! Huwee...”, ucap kaze manja sambil mencengkeram lengan shiro dengan erat. Shiro tidak menjawab apapun dan mengelus pelan kepala kaze menenangkan gadis itu.
“Sempet-sempetnya mesra di situasi kayak gini...”, ucap keechi sambil terus mencari obat serangga yang disembunyikan disuatu tempat.
“Leme... lari yang kenceng! Jangan sampe ketangkep... go! Go!”, ucap miss yang kembali menjadi cheerleader dan menyemangati leme yang masih dikejar-kejar.
Kecoa raksasa itu terus berlari mengejar leme yang sembari tadi berlari mengitari kafe tanpa terlintas dipikirannya untuk keluar dari kafe.
“Ah... leme! Berubah! Berubah!”, ucap keechi yang baru saja terbesit ide itu.
“Berubah!?”, ulang leme yang masih belum tahu cara berubah.
“Sebelum datang kesini aku sempet buka-buka dokumen tua... disitu tertulis cara berubah...”, ucap keechi. Semua yang ada langsung terdiam melihat ke arah keechi, kecuali leme dan kecoa raksasa itu yang sibuk mengitari kafe namun pikiran leme terfokus pada ucapan keechi.
“Cara berubah gimana kee?”, tanya shiro.
“Di dokumen tua yang kubaca paling terakhir tertulis kalau cara berubah adalah dengan mempercayai fantasy... tapi hanya mahkluk dari luar dimensi ini yang bisa...”, ucap keechi. “Dan untuk membuka jalan untuk berubah kita perlu mengucapkan kata kunci...”, tambah keechi yang langsung terduduk di bengku yang tadi digunakan olehnya.
“Kata kunci?”, ulang miss. Keechi hanya menggelngkan kepalanya tanda ia tidak tahu apa kata kunci yang dimaksud. Mereka berempat terdiam sesaat, hanya leme dan kecoa raksasa itu yang tidak.
“Mungkin... Fantasy adalah kekuatan… keinginan adalah penyelamat… weapon!”, ucap leme tanpa ragu. Namun reaksi yang timbul berbeda dari yang lain. Yang lain mengucapkan kata terakhir dengan transform, sedangkan leme weapon yang membuat sebuah senjata muncul di tangannya.
“!? Kenapa leme g berubah?”, gumam kaze.
“Akh... Leme g berubah... tapi tetap ada yang bersinar...?”, ucap shiro.
“Untung-untungan! Poison blow!”, ucap leme asal ucap. Dan dari senjata yang dipegangnya keluar asap berwarna hijau yang membuat kecoa itu mulai lemas dan mti perlahan.
“Bau... racun serangga....”, ucap miss sambil mngendus-endus asap hijau itu.
Langsung saja mereka semua kabaur keluar ruangan dan menunggu hingga racun serangga itu hilang meninggalkan miss untuk memantau kalau racun serangga itu sudah habis.
“Leme... mau ngerscunin kita ya?”, tanya kaze.
“Waaa... aku juga baru tahu itu racun serangga!”, ucap leme sambil mengangkat kedua tangannya.
“Kee? Kenapa?”, tanya shiro yang menyadari kalau keechi terus memperhatikan tingkat yang di pegang oleh leme.
“Tongkat leme... ada ukiran serangga di bagian bawahnya...”, ucap keechi sambil menunjuk ujung tongkat yang dipegang leme.
“Terus?”, ucap kaze dan leme bersamaan.
“Mungkin ini tongkat pengusir serangga...”, ucap keechi dengan tenangnya dan tanpa rasa bersalah sedikitpun.
- Tempat vamp yang masih melayang –
“Kapankah ku akan mendarat?”, tanya vamp pasrah dan terus melayang. Kelihatannya leme dan miss memukulnya dengan cukup keras hingga dia terpental sejauh lebih dari 1 km di luar kafe.
Di tempat yang sama seorang pemuda tengah dikerumuni oleh beberapa anak kecil.
“Kakak... ayo main... “, ucap seorang anak kecil yang menarik jubah pemuda itu. Sementara yang lain mearik kedua tangannya.
Pemuda itu hanya tersenyum sambil berkata, “Mainnya lain kali saja yah... kakak sudah harus pergi sekarang”
“Yah...”, ketiga anak kecil itu langsung menunduk dengan pandangan sedih.
“Jangan se----“, belum sempat pemuda itu menyelesaikan ucapannya vamp yang tengah melayang menghantam kepalanya dari belakang.
“Adu duh...”, ucap vamp yang akhirnya mendarat sambil mengelus kepalanya.
“Kakak!? Kakak tidak apa-apa?”, tanya anak kecil yang sebelumnya menarik jubah pemuda itu dengan pandangan khawatir.
“Hei! Apa yang kamu lakukan pada kakak!?”, tanya dua anak kecil yang lain dengan pandangan tajam ke arah vamp.
“Ah... maaf ya... tidak sengaja...”, ucap vamp sambil berdiri.
“Hei... hei... kalian berdua... jangan begitu...”, ucap pemuda itu sambil tersenyum lembut dan mengelus kepala kedua bocah itu.
“Tapi orang ini sudah menghantam kepala kakak!”, ucap anak kecil yang mengenakan sebuah slayer berwarna merah dengan wajah kesal.
“Tidak apa-apa kok... namanya juga mentega terbang”, ucap pemuda itu.
“Hah? Mentega terbang itu apa kak?”, tanya anak lain yang mengenakan sebah slayer merah di tangan kanannya.
“Mentega itu makanan... kalau terbang kalian tahu sendiri... jadi maksudnya mentega ya----“, belum sempat pemuda itu menyelesaikan ucapannya vamp langsung menjitak kepala pemuda itu begitu menyadari siapa yang baru saja di tabraknya.
“Tau lo yang ku tabarak ogah dah minta maaf... kyushi!”, ucap vampa dengan nada kesal.
“Jah ilah vamp... darah tinggi amat sih...”, ucap pemuda yang ternyata kyushi itu dengan dengan pandangan menerawang.
“Kakak kenal?”, tanya anak perempuan yang sedari tadi terus memegang jubah kyushi.
“Ah... iya... kenalin... dia vampire alias mentega terbang...”, ucap kyushi sambil tersenyum. Vamp menahan amarahnya.
“Mereka anak lo yah?”, tanya vamp agak kesal.
“Bukan...”, kyu mengibas-ngibaskan tangannya.
“Kami adalah pengikut kak kyu!”, ucap anak lelaki dengan slayer merah di tangan kanannya.
“Kyu... kamu ternyata tega banget yah...”, ucap vampa dengan pandangan menerawang.
“Bukan!”, kyu setengah membentak.
“Lalu nama kalian siapa?”, tanya vamp mengalihkan perhatian.
“Aku Serenada...”, ucap anak perempuan itu.
“Aku Veyn...”, lanjut anak lelaki yang memakai slayer merah di tangan kanannya.
“Aku ga mau bilang!”, ucap anak lelaki dengan slayer merah di lehernya.
“Vanes... jangan begitu...”, ucap kyushi menjetak pelan kepala vanes.
“Hoh... kenapa kalian mau jadi pengikut kyu?”, tanya vampa lagi.
“Karena kak kyu sudah merawat kami selama 4 tahun belakangan ini...”, ucap ketiganya bersamaan.
“Wah... hebat juga lo kyu...”, ucap vampa dengan pandangan seolah-olah meledek kyu.
“Berisik! Gw g denger!”, ucap kyushi dengan pandangan ke arah lain dan menutup kedua telingannya.
Setelah percakapan yang cukup lama akhirya vamp mengajak kyushi dan ketiga anak kecil itu ke tempat yang lain berada dome kafe.
- Somewhere.... –
“Ya ampun... tidak ada kekuatan yang bangkit...”, ucap vera sambil menghentakkan kakinya ke tanah berkali-kali.
“Hei... sudahlah... jangan berisik”, ucap prince of drakness menenangkan vera. Vera menatap ke arah prince of drakness (Singkat jadi POD lah untuk seterusnya) dengan pandangan tajam dan penuh amarah.
“Rencanamu gagal nih! Padahal kalau aku pakai tengkorak-tengkorakku yang manis pasti berhasil!”, ucap vera sambil menunjuk ke arah POD.
“Maaf deh... lain kali aku nggak akan ngusulin rencana lagi”, ucap POD menyerah.
“Sudahlah... lupakan saja... jadi... ada kemajuan g? Walau hanya senjata saja yang bangkit...”, ucap vera mengalihkan perhatian.
“Um... sebentar...”, ucap POD yang langsung berjalan ke sebuah layar yang melayang di tengah tuangan. Dia menyentuh layar itu dan beberapa layar lain terbuka. Beberapa saat setelah selesai melihat layar yang tampil...
“Gimana?”, tanya vera penasaran.
“Ada kemajuan sih... tapi...”
“Tapi?”
“Cuma 0,00000001 %”, ucap POD sambil menggaruk pipi kanannya.
Vera melihat ke arah Pod dengan pandangan tajam. Dia menekan bros berbentuk tengkorak yang disematkan di dadanya. Dalam hitungan detik ribuan tengkorak muncul mengelilingi POD.
“Kalian... serang POD sekarang kuga!”, ucapa vera dengan pandangan sinis dan mulai melayang le atas. Di kedua tangannya banyak benang yang terikat. Dan satu gerakan dari jarinya membuat beberapa tengkorak bergerak. Dengan kata lain benang-benang itu adalah alat penggerak bagi tengkorak-tengkorak vera.
“Jangan ngamuk!”, ucap POD yang langsung mengeluarkan pedang yang terkumpul dari kegelapan di sekitarnya dan mulai menghabisi tengkorak-tengkorak vera.
Pertarungan terus berlanjut, bila ada tengkorak yang hancur vera menekan kembali bros tengkoraknya dan memanggil tengkorak yang lain berulang-ulang.
Tanpa vera dan POD sadari katsu memperhatikan mereka dari jauh menggunakan sebuah layar yang tersambung pada seekor malaikat kecil yang berada di ruangan vera dan POD.
“Mereka ini beneran sekutu atau apa sih?”, ucap katsu menggaruk kepalanya. Beberapa saat ia memerintahkan malaikat itu pindah itu ke ruangan lain. Diruangan itu berada tabung yang sebelumnya di perhatikan oleh vera.
“Tuan... apa yang ingin anda lihat disini?”, ucap malaikat itu lewat telepati dengan katsu.
“Tidak ada... beritahu aku bila ada perubahan pada orang yang ada di dalam tabung itu”, ucap katsu sambil menutup layar yang tadi diperhatikannya.
“Baik... tuan...”
“Yah... sebaiknya aku memperhatikan keadaan dome kafe...”, ucap katsu sambil melangkah dari atas atap kantor pusat yang merupakan tempat nya sehari-hari bersembunyi.
Beberapa langkah sebelum sampai ketepi, secara tidak sengaja katsu terpeleset oleh genangan air yang tersisa saat hujan semalam...
- Di bawah katsu –
“Hah... taman yang tenang dan damai tanpa ada penjaga yang menggangu”, ucap seorang elf berambut warna emas berjalan sambil memperhatikan bunga-bunga yang terhampar di hadapannya.
“Auw!”, ucap katsu yang baru saja mendarat tepat di atas tubuh elf itu. Tanpa mengucapkan banyak hal katsu berdiri dan tidak memperhatikan siapa yang baru saja ditimpa olehnya.
“He--- hei!”, elf itu menepuk pundak katsu sambil memegang kepalanya. Katsu berbalik dan menyadari siapa yang baru saja di timpanya.
“Ah... maaf... tadi aku tidak sengaja...”, ucap katsu sambil menunduk dan berniat untuk pergi lagi. Namun dengan sigap efl itu langsung mencengkeram tangan katsu. “Ada apa lagi?”, tanya katsu agak sinis.
“Kamu... siapa?”, tanya pemuda itu.
“Panggil saja katsu...”, ucap katsu yang hampir tidak sabar untuk meninggalkan tempat itu.
“Aku arsellec... salam kenal...”, ucap arsellec yang langsung menarik tangan katsu dan mengajaknya ke suatu tempat.
- Dome cafe 1 minggu sesudahnya –
“Mei... minta jus lemon satu...”, ucap kyo sambil melambaikan tangannya.
“Ambil ndiri! Lagi sibuk nih!”, ucap mei ketus sambil berjalan membawakan beberapa minuman dan makanan pesanan tamu. Hari menjelang sore adalah hari dimana kafe berada pada jam paling sibuk.
Leme dan miss membantu pekerjaan mi menjadi waitress semenjak 3 minggu yang lalu dan mulai terbiasa dengan pekerjaan mereka itu.
“Yah... mei pelit”, ucap kyo yang langsung menuju ruang santai di lantai 3. Semenjak kehancuran kafe oleh tengkorak-tengkorak itu, lantai 3 yang sebelumnya digunakan untuk gudang dialih fungsikan menjadi ruang santai dan rapat (Yang bener aja).
“Ah... kyo... waktu yang tepat...”, ucap killua sambil menarik tangan kyo yang baru saja selesai menaiki tangga.
“Waa... ada apa sih kil?”, tanya kyo dengan pandangan bingung ke arah killua, mici dan ficel.
“Gini... kita lagi rapat untuk pembagian kelompaok...”, ucap killua menjelaskan.
“Kelompok?”, kyo masih belum mengerti.
“Um... gini nih... kan dulu kita ada rencana buat berpencar untuk nyari yang lain sekaligus jalan untuk kembali ke dimensi asal kita kan?”, tanya mich menerangkan. Kyo mengangguk tanda mengerti.
“Dan kita bertiga diminta membagi regu nya... tapi kan g enak kalo yang bagi kita doank... jadi minta bantuan mu...”, tambah ficel.
“Trus? Aku ngapain?”, ucap kyo sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Menurutmu ini pas enggak?”, michi mulai malas menerangkan dan hanya menunjukkan selembar kertas hasil rapat pada kyo. Kyo membaca kertas it yang bertuliskan...
Regu 1 : Keechi, michi, rin
Regu 2 : Ega, kyo, max
Regu 3 : Kise, misa, reita
Regu 4 : Vamp, ficel, pure
Regu 5 : Juki, kyu
Regu 6 : Kaze, shiro, kup
Regu 7 : Kil
Regu penjaga kafe : Alex, mei, leme, miss, ai
“Gimana?”, tanya killua sambil tersenyum lebar.
“Kenapa cuma kil yang sendiri?”, tanya kyo dengan pandangan tajam ke arah killua.
“Heh... jangan salah... para anak kyu bersamaku...”, ucap killua dengan penuh percaya diri.
“Iblis bener ni orang... masak ngegunain anak kecil buat bertarung?”, ucap mishi dengan pandangan menerawang.
“Tapi bukannya anak-anak kyu sudah pada pergi tadi pagi?”, tanya ficel. Serentak dengan ucapan ficel itu, killua langsung membatu.
“Wew... jadi batu dia...”, ucap kyo sambil menepuk tangannya.
“Kenapa g ada yang bilang!?”, ucap kill membentak ficel dengan pandangan ingin membunuh.
“Dari tadi udah bilang!”, gantian ficel yang membentak. Perkelahian antar mulut pun berlangsung tanpa ada dari dua orang itu yang mau mengalah.
Akhirnya kyo dan michi memutuskan untuk turun kelantai satu begitu jam menunjukkan pukul 9 malam, saat diamana kafe sudah tutup.
“Yoha!”, ucap mich keluar dari pintu tangga sambil mengangkat tangannya disusul oleh kyo.
“Em? Gimana hasil pembagian kelompok?”, tanya mei penasaran. Langsung saja michi menunjukkan kertas yang di bawanya.
“Bentar! Bentar! Bentar!!!!”, ucap juki dan kyu secara bersamaan.
“Ada apa sih? Ampe teriak gitu?”, tanya ai bingung.
“Kenapa gw satu regu sama kyu?”, ucap juki menahan amarah.
“Masih mending juk... lah gw... bakal stres gw...”, ucap kup dengan wajah pucat yang langsung membenamkan kepalannya ke atas kedua tangannya.
“Ah... kup sekelompok sama kaze dan shiro...”, ucap leme sambil tersenyum.
“Curang... aku kan pengen nonton dramanya...”, tambah miss.
“Drama apaan!?”, ucap kup membentak kedua orang itu. Sedangkan yang sekelompok dengannya sibuk di dunia milik mereka.
“Kise sama mis sama aku...”, ucap reita sambil tersenyum licik.
“Re... rei... kenapa senyum gitu?”, tanya kise dengan wajah pucat. Sementara misa tersenyum lembut tidak mengerti.
“Mohon kerja samanya... keechi...”, ucap michio sambil menundukkan badannya bagaikan seorang kesatria yang tunduk di hadapan tuana putri.
“Ksatria mich bersiap mati!”, ucap rin sambil memukul telak wajah mich.
“Mohon bantuannya Pure!”, ucap vamp.
“Pure cewek sendiri...”, wajah pure menjadi pucat.
“Dan okama genk akan beraksi!”, dengan penuh semangat ega dan kyo mengacungkan ibu jari kanannya dengan pose yang sudah mereka atur sedemikian rupa.
“Aku nggak ikut-ikutan...”, max sama sekali tidak semangat menanggapi nya.
Dan malam itupun pembagian kelompok berlangsung ricuh di tambah kericuhan diatas. Sampai tengah malampun beluam ada yang terlelap dan terus bertengkar mengenai pembagian kelompok itu.
- Somewhere –
“Tuan...”, seekor tengkorak berukuran mini masuk ke dalam ruangan tempat vera dan POD yang masih bertempeur selama lebih dari 1 minggu menghentikan pertempuran yang sudah membuat lebih dari 5 gunung tumpukan tengkorak di halaman.
“Ada apa?”, ucap vera sambil terengah-engah.
“Para penghuni dome cafe akan berpencar tuan...”, ucap tengkorak yang merupakan mata-mata yang selalu berpura-pura menjadi ukiran di pedang milik reika itu.
“Eh!? Nggak salah?”, tanya POD.
“Benar... mereka akan berpencar ke 6 arah dan berkumpul kembali 3 bulan lagi tuan...”, ucap tengkorak itu.
“Begitu... baiklah... kembali ke tempat penjagaan mu...”, ucap vera.
“Hei... kelihatnnya kau punya rencana...”, ucap POD pada vera yang tersenyum licik.
“Begitulah... saat mereka berpencar akan mudah bagi kita untuk membangkitkan kekuatan yang belum bangkit...”, ucap vera.
“Hm... kau benar... selama half itu masih sibuk... bisa kita manfaatkan...”
“Yah... tapi kita harus hati-hati jangan sampai mereka ketahuan...”
“Aku tahu...”
“Nah... kalau begitu... kita mulai rencana kita...”, ucp vera yang mulai terkekeh-kekeh.
“Nenek vera batuk...”, ucap seseorang dari dalam kegelapan.
“Ah... kalian...”, ucap POD yang tak lain adalah selain dengan mata berbinar.
Dari dalam kegelapan terlihat 3 sosok berdiri di sana dengan seulas senyum tergambar di wajah mereka.
- Dome kafe –
“Jadi setiap grup kuberikan ini...”, ucap ai sambil menunjukkan 7 buah kaluang liontin dengan ukiran elf wanita di tengahnya.
“Itu apa ai?”, tanya misa yang baru pertama kali melihat benda itu.
“Semacam kartu kredit... kalau kalian kehabisan uang kami akan mengirimkan kepada kalian setiap minggunya dengan jumlah yang sama dan tidak ada tambahan”, jelas mei mendetail.
“Yup... dan liontin ini juga bisa digunakan untuk komunikasi”, ucap miss.
“Eh? Caranya miss?”, tanya misa penasaran.
“Kalian lihat ada 8 batu peemata dengan no kan? Kalau kalian menekan no 1 akan tersambung dengan milik regu 1, begitu seterusnya. Untuk tersambung dengan kami tekan saja yang no 8”, jelas miss.
“Ok... jadi regu 1 dipegang Michi, regu 2 max, regu 3 reita, regu 4 pure, regu 5 kyu, regu 6 kup, regu 7 g usah disebut!”, uacp alex sambil melemparkan liontin yang dipegangnya pada masing-masing kepala regu.
“Ngasihnya yang bener lex!”, ucap killua setengah berteriak.
“Biarin! Salah sendiri gw g dimasukin regu yang keluar!”, balas alex.
“Menurut pengamatan kamu lagi kasmaran dengan seir. Kalau kamu keluar kamu kan tidak mungkin bertemu dengannya”, ucap ficel mencari jalan tengah, alex langsung terdiam mendengar hal itu dan mulai terbang ke langit yang lebih tinggi.
“Sudah pada hapal kerjaan alex...”
Tidak lama setelah itu mereka langsung berjalan menuju arah yang sudah di tentukan. Sedangkan killua pergi kesebuah kota yang bernama garivega dimana ada yang mengatakan kalau disitu terdapat seorang informan yang tahu mengenai seluk beluk dunia ini dan juga dunia yang lain.
“Kafe yang ditinggalkan terasa sepi...”, ucap ai yang terduduk di lantai sambil melemparkan dadu untuk bermain meneleni yang suka diamainkan oleh kup, michi dan alex.
“Nanti juga ramai kalau mereka sudah kembali...”, ucapa mei menghibur ai sambil mengepel lantai kafe dan menyuruh leme dan miss untuk menyiapakan meja yang akan di pakai.
“Eh... ai... cara main meneleni gimana?”, tanya alex mengalihakn perhatian.
“Gini caranya... sama kayak monopoli... bedanya cuma yang dipakai bukan negara... tapi budak...”, ucap ai. Alex langsung memandang ai dengan pandangan menerawang jauh.
“Budak? Kok gitu? Siapa yang buat permainan aneh ini!?”, ucap alex.
“Aku yang bikin...”
“Seir!”, alex langsung tersenyum begitu tahu siapa yang berdiri dibelakangnya.
“Waah... tumben sepi... kemana temanmu?”, tanya seir.
“Belum buka!”, mei geram dan langsung menyiram seiront dengan air yang digunaknnya untuk mengepel namun meleset dan mengenai ai.
“Huwehh... gaun merah ku...”
“Wups... maaf ai...”
Selasa, 21 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
terusinn nengg ^^
BalasHapusphi nunggu lanjutan na !
terus berkreasi !
[ngemeng gaia emak**]
hhahaha ~
emak**?
BalasHapussapa phi!?