“Hayah... kalo gitu gw juga tau... tapi masalahnya kita g tahu mereka ada di masa kapan dan dimana...”, ucap mich sambil menjalankan pion yang seukuran dengan kepalan tanganya.
“Kalo gitu tanya corard”, miss menambahnkan ucapan mich dengan tersenyum.
“Corard?”, kup mengulang nama yang disebutkan oleh miss dengan wajah bingung.
“Yup-yup... bukannya kamu nemuin dia 3 bulan yang lalu?”, ucap miss agak bingung dengan sikap kup yang tidak begitu mengerti.
“Nu-uh... kita lum ketemu mereka...”, jawab mei.
“Aneh...harusnya kalo ada pendatang kan laporan dulu ke dia...”, ucap miss yang jadi bingung sendiri.
“Aku juga g nemuin corard...”, ucap mich yang mulai menagih uang sewa pada kup.
“Aku juga”, sambung leme.
“Aku cuma ketemu seorang pangeran...”, sambung alex yang mulai terbang ke dalam dunia khayalan.
“Kalau aku... pernah katemu sama shiro... secara kebetulan...”, ucap kaze agak ragu.
“Uwahh... ada yang senasib toh...”, miss langsung terenyum begitu mendengar penuturan dari kaze.
“Kok ragu gitu?”, tanya kup yang menyadari hal itu.
“Habisnya... pemerintahan disini kacau... dan g waras...”, kaze langsung menundukkan kepalanya.
“Hah???”, semua langsung terdiam mendengar ucapan kaze itu.
“I’m back...”, shiro langsung memecah keheningan yang baru saja terjadi 10 detik yang lalu dengan membanting keras-keras pintu masuk.
“Nanti rusak shiro...”, ucap kaze yang langsung mendekati shiro dan mencubit pipi pemuda itu.
“Hehe... habisnya pengen cepet-cepet ketemu kamu...”, shiro dan kaze saling berpandangan untuk beberapa saat dan masuk ke dunia mereka berdua menyusul alex yang pertama kali masuk dunia khayal.
“Eh... mau tanya...”, killua yang datang bersama shiro tidak memperdulikan hal yang terjadi di depannya dan mengacungkan tangannya.
“Nanya apa? Dateng-dateng langsung to the point...”, ucap mich sinis.
“Max itu cewek apa cowok?”, tanya killua dengan wajah innocent. Reflek mich langsung memukul wajah killua dengan cukup keras.
“Pertanyaan lo aneh ah kil...”, ucap leme sambil menggelengkan kepalanya.
“Udah jelas co...”, tambah kup.
“Tapi, tapi, tapi...”, kil mulai gagap berbicara meilhat pandangan aneh yang di tunjukan kepadanya.
“Tapi apa?”, tanya michi sinis.
“Tapi gw dapet brosur ini...”, ucap killua sambil menunjukkan sebuah brosur dimana ada foto seorang wanita yang mengenakan gaun putih dan cukup cantik.
“Uwahhh... manisnya...”, ucap miss leme terpana dengan foto yang ada di brosur itu.
“Trus, apa hubungannya ma pertanyaan lo”, tanya kup yang masih belum mengerti dengan hubungan antara pertanyaan killua dan brosur tersebut.
“Coba liat...”, ucap mei yang mengambil brosur tersebut dari tangan killua. Miss mendekati mei dan melihat brosur tersebut dengan teliti.
“Coba deh, bayangin kalo tu foto yang ada disitu pake baju co dan rambutnya di potong pendek”, ucap killua dengan yakin.
“Uwaaa... mirip max!”, ucap mei tiba-tiba.
“Jah... makin ngaco...”, ucap mich menahan amarah.
“Eh? Iya juga sih... lumayan mirip... dapet darimana ini brosur kil?”, ucap miss membenarkan penuturan mei.
“Ada di jalan...”, ucap killua.
“Daripada asal tebak gimana kalo dipastikan? Ada kemungkinan dia keturunan sih max”, ucap kup. Semua langsung down begitu mendengar ucapan kup, terutama miss. “kok malah down???”, tambah kup begitu melihat suasana yang menjadi suram.
“Kalo ucapan lo bener... kenapa selama 180 tahun ini gw g punya keturunan!?”, tanya miss dengan pandangan tajam penuh amarah.
“Waaa... kagak nyari kali...”, ucap kup ketakutan dengan padangan miss.
Setelah perdebatan dan rapat selama 6 jam lebih keputusan berhasil didapatkan, dengan hasil mereka akan mendatangi alamat yang tertera di brosur itu. Yang akan pergi adalah kyo, killua, michi, shiro dan kup.
“So... ada yang mau jelasin ke gw kagak?”, ucap kyo yang terus mengeluh sejak tadi.
“Penjelasannya nanti aja...”, ucap mich yang malas mendengarkan.
“Kil... yakin nih ga kenapa-napa g jelasin ke kyo?”, tanya shiro dengan sambil berbisik pada killua.
“Jeuh... tau ndiri gimana jadinya kalo si kyo tau alasannya”, ucap killua dengan mata yang disipit-sipitkan.
“Pasti heboh banget deh...”, ucap kup sambil membenarkan sarung tangan di tangan kanannya yang baru saja lepas.
“Haduh... kalo kalian g mau jelasin mendingan aku di kafe bareng cewek-cewek yang lain!”, ucap kyo agak kesal karena karena sejak tadi tidak ada yang mau menjawabnya.
“Kalo gitu bisa-bisa cadangan makanan habis lo makan...”, ucap michi menahan tawa.
“Gw kagak serakus ntu kali...”, ucap kyo dengan nada sebal ke arah michi. Mereka berlima terus membicarakan hal itu selama di jalan. Di tengah jalan tidak ada yang menyadari keberadaan sebuah gerobak yang baru saja mereka lewati. Gerobak yang bertuliskan... –bakso kacang-special from juki-
Sedang kan di kafe...
“Tumben sepi mei...”, tanya alex pada mei yang sedang membereskan meja.
“Yah... gitu deh... ni kafe baru ada pengunjungnya setelah jam makan siang”, ucap mei tesenyum lembut.
“Eh... soal yang kemaren...”, leme memotong pembicaraan.
“Apaan lem?”, tanya kaze sambil menyedot es kopi yang baru saja dibuatnya.
“Kalo yang di ucapin kup bener ntu keturnan max mungkin kagak?”, tanya leme memastikan.
“G mungkin!”, kompak yang lain langsung menjawab.
“Kemungkinan 0%... soalnya... di dunia ini... g ada yang namanya keturunan...”, ucap miss dengan hawa suram yang sejak kemarin menyelimutinya.
“Hah? Maksud lo miss???”, tanya alex dengan pandangan tidak mengerti.
“Di dunia ini g seperti dunia kita... anak-anak ada karena mereka lahir dari tubuh mereka yang sudah mati...”, ucap miss.
“Hah!? Maksudnya?”, tanya keze yang meminta penjelasan lebih rinci.
“Maksudnya begini di dunia ini mereka yang sudah meninggal akan lahir kembali dengan sisa tubuhnya yang masih utuh dalam waktu beberapa tahun”, jawab seseorang yang baru saja memasuki kafe dan langsung memotong penjelasan miss. Alex melihat ke arah pemilik suara itu, dan dalam hitungan detik matanya langsung berbinar-binar melihat pemilik suara itu.
“Ah... seir...”, ucap alex sambil mengepa kedua tangannya dengan wajah merona merah.
“Ah... kamu gadis yang beberapa hari kutemui di pinggir hutan kan”, ucap seiront sambil tersenyum lembut memandang ke arah alex.
“Prasaan gw aja ato emang ada yang lagi kasmaran?”, tanya miss pada leme.
“Kenyataan gitu miss”, ucap leme lemas.
“Um... dia kan yang suka datang pas lagi sepi... tapi dah seminggu g keliatan”, ucap kaze.
“Huh... dia lagi...”, ucap mei yang langsung melepaskan celemeknya dan mesuk ke dalam menuju kamarnya.
“Si mei kenapa?”, tanya leme. Sementara alex dan seiront masih berbincang- bincang di meja yang sebelumnya di sedang di bersihkan oleh mei.
“Enggak tahu... dari awal ketemu dia emang gitu...”, ucap kaze dan miss bersamaan.
“Jah...”
“Ah... oh iya... kau pesan apa? Biar kubuatkan...”, ucap alex yang baru sadar. Yang lain memperhatikan alex dengan pandangtan seolah mereka sedang memperhatikan dua orang pasangan.
“Tidak usah repot-repot... aku tidak lama kok...”, jawab seiront sambil tersenyum.
“Lho? Lalu datang kesini untuk apa?”, tanya alex.
“Tentu saja untuk melihat wajahmu yang manis...”, ucap seiront yang menggenggam sebagian rambut alex yang panjang. Pandangan matanya lurus menatap alex dengan lembut.
“Ah... um...”, alex tidak dapat bicara apapun selain membalas tatapan seiront dengan wajah merona merah dan pandangan mata sayu.
“Kita lagi ngeliatin drama ya?”, tanya miss pada leme dan kaze yang memetung melihat adegan di depannya.
“Jauh lebih parah dari gw ma shiro...”, kaze mulai nelantur karena merasa tersaingi dalam hal mesra-mesraan.
“Kalo tahu parah kenapa masih dilanjutin?”, ucap miss dan leme bersamaan dengan pandangan menerawang jauh ke arah kaze.
“Play time over!”, ucap seseorang yang tiba-tiba saja muncul di sambing seiront dan alex yang tengah saling berpandangan.
“Hwaa...”, reflek keduanya mundur kebelakang beberapa langkah.
“Cih... jadi gini toh wujud aslinya nak nimbuzz...”, ucap gadis yang baru datang itu. Dengan pandangan sinis dia melihat ke arah alex dan seiront bergantian.
“Um... katsu kan?”, tanya leme agak ragu sambil menunjuk ke arah gadis itu.
Katsu berbalik ke arah leme, untuk beberapa saat dia terdiam dan langsung duduk di atas meja dengan santai tanpa menjawab pertanyaan leme dan tersenyum lembut dengan manis dan elegant (?).
“Jawab pertanyaan gw napa...”, ucap leme agak kesal dengan tingkah gadis yang mengenakan gaun terusan dengan paduan warna hitam dan putih.
“Hihi... padahal ku kira g ada anak nimbuzz yang kenal ma aku selain atol...”, jawab gadis itu sambil tertawa kecil.
“Katsu?”, tanya alex dengan wajah bingung.
“Ah... istirahat sudah selasai... aku harus kembali bertugas...”, ucap seiront sambil memperhatikan arloji yang dikenakannya.
“Eh? Sudah mau pergi?”, tanya alex. Seiront melihat ke arah alex sesaat dan mengelus lembut kepala gadis itu sambil tersenyum.
“Kita akan bertemu lagi...”, ucap seiront seraya melangkah meninggalkan alex yang wajahnya masih merona merah.
Semua melihat pemandangan itu sambil terpaku membisu tidak tahu harus bicara apa. Katsu melihat yang lainnya dengan pandangan agak cuek sambil menunggu apa yang akan mereka katakan berikutnya tanpa ada niat untuk memecah keheningan itu.
“Beneran deh... jadi ga aneh kalo liat atol yang sekarang...”, ucap katsu sambil menghela nafas panjang-panjang.
-kembali pada yang sadang mencari orang hilang-
“Uwaah... megahnya...”, ucap kyo terpana melihat bangunan megah yang berdiri di depannya.
“Bener ini tempanya kup?”, tanya shiro memastikan takut mereka salah tempat.
“Yup... menurut tulisan di nih brosur cewek ini untuk beberapa saat akan tinggal disini...”, ucap kup sambil membaca brosur yang ad ditangannya.
“Hum... gw jadi ragu nih...”, mich menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Ah... maaf paman... apa benar gadis ini ada di dalam?”, killua bertanya pada seorang penjaga gerbang yang tengah berdiri didekatnya. Penjaga berambut hijau itu melihat ke arah mereka berdua untuk beberapa saat.
“Iya... kalian siapa?”, tanya penjaga itu.
“Ah... kami hanya ingin menanyakan beberapa hal p-ada dia...”, ucap mich santai.
“DIA!?”, penjaga itu terkejut mendengar ucapan mich. “Beraninya kalian tuan putri dengan panggilan dia..”, ucap penjaga itu penuh emosi.
“Pu... putri!?”, killua dan kup mengucapkan hal itu secara bersamaan.
“Pantesan aja... ni tempat kan tempat corard yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi”, ucap shiro.
“Uwa... tapi kok agak mirip sama mex?”, kyo baru menyadari gadis di brosur itu mirip dengan max.
“Beraninya kau...”, penjaga itu emosi dan mengacungkan tombaknya pada kyo tepat di depan wajahnya.
“Ei... da apa ribut-ribut?”, seseorang berjalan keluar dari dalam gedung itu.
Seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna merah dengan rambut yang disusun agar terlihat mengembang. Berjalan di atas sebuah karpet merah yang memang di pasang untuk menghubungkan pintu masuk dengan gerbang.
“Heh... ai?”, mich melihat ke arah gadis yang baru saja keluar itu dengan pandangan tidak percaya. Wanita itu memang memilki kemiripan dengan ai yang di kenalnya, hanya saja ai yang di kenalnya masih berusia belasan dan wanita itu sudah sekitar 20-an.
“Uwah... mich-mich”, jawab wanita itu sambil tersenyum.
“No... nona...? anda mengenal orang-orang ini?”, tanya penjaga itu bingung dan menurunkan tombaknya agar memudahkannya untuk membungkuk.
“Hhe... iya... ayo masuk.... kalian g berubah dari 7 tahun yang lalu ya...”, ucap ai yang terlihat agak iri melihat kawa-kawannya masih terlihat seperti terakhir kali dia lihat... bagi ai itu 7 tahun yang lalu... bagi shiro dan kup itu 3 bulan yang lalu... dan bagi killua, mich dan kyo itu baru beberapa hari yang lalu...
“Uwaah... ai hebat banget... bisa jadi nyonya besar...”, ucap kyo sambil mengikuti ai dari belakang.
“Ku gantung kau jeng... hebat apanya? Tekanan batin adanya...”, ucap ai sambil tersenyum dan menutupi sebagian wajahnya dengan kipas merah yang di bawanya.
“Tekanan batin?”, mich mengulangi ucapan ai dengan nada tidak mengerti.
“Iya... gimana jelasinnya ya... kudu inilah... kudu itulah... g boleh ini, g boleh itu... tapi yang penting ada hiburan”, ucap ai sambil tertawa kecil. Yang lain langsung terdiam tidak mengerti dengan ucapan ai yang sulit dicerna.
“Ai... lebih jelas kenapa?”, ucap kup yang tidak mengerti dengan ucapan ai.
“Hhe... liat aja... ada pertunjukkan bagus buat kali...”, beluam sempat menyelesaikan ucapannya seseorang langsung berlari ke arah killua dan menabraknya hingga jatuh ke lantai.
“Aduh...”
“Kil? Lo baik-baik aja?”, tanya ai agak cemas.
“Huwaaah... kil!? Umpetin gw!”, ucap pria yang mengenakan kostum mirip kecoak yang beberapa saat yang lalu baru saja menabraknya.
“Heh... ki... ki... KISELEK!?”, ucap kil agak terkejut begitu melihat siapa orang yang mengenakan kostum kecoak itu.
“Wew... untung aja yang cewek cuma ai sama kyo...”. ucap kup agak lega, entah karena apa.
“Eykeu okama kup...”, ucap kyo buru-buru membenarkan ucapan kup.
“Trus apa bedanya?”, tanya kup yang kelihatannya ingin memulai sebuah adu mulut dengan kyo.
“Ngajak ribut ya kup!?”, tanya kyo yang mulai terpancing emosinya.
“Ribut pas lagi di nimbuzz sih g masalah... tapi kalau di dunia nyata...”, shiro menggumam sambil memalingkan wajahnya, pura-pura tidak melihat kejadian yang terjadi didepannya.
“Woi! Umpetin gw dolo!?”, ucap kiseki mengalihkan pembicaraan yang terjadi...
“Hyaha... mau jadi waitress lagi ya kis?”, tanya ai dengan wajah berseri-seri.
“Jangan ketawa di atas penderitaan orang!”, ucap kiseki sebal dengan ucapan ai.
“Waitress? Kise jadi waitress?”, ucal kyo dan kup secara bersamaan.
“Kecoa ku ga boleh jadi waitress...”, ucap killua sembari memeluk kiseki bagaikan seorang anak kecil yang mempertahankan mainannya.
“Siapa kecoak lo!?”, ucap killua sambil melepas pelukan dari killua.
“Tujuan kita kesini apa sih!?”, tanya mich agak kesal dengan kekacauan yang terjadi di depannya.
“Ah... kalian...”, seluruh pandangan kontak melihat ke arah pemilik suara itu.
Dari lantai dua terlihat seorang gadis (?) berdiri sambil memegang pinggiran tangga. Gadis (?) yang fotonya ada di brosur itu kini berdiri di depan mereka. Ia mengenakan sebuah gaun putih bersih.
Gadis (?) itu langsung berlari menuruni tangga dan berdiri di depan mich dengan pandangan mata berbinar-binar. Mich yang berdiri di depannya merasa tidak asing dengan dengan gadis yang ada didepannya, suaranya pun tidak asing.
“Waa... max! Gw ga mau pake baju waitress!”, ucap kise yang langsung berdiri di belakang killua.
“Hehehehe... hiburan yang ku maksud tadi ya ini...”, ucap ai sambil tersenyum lebar.
“Haah!?”
-Back to DC-
“Lo tahu dimana atol?”, tanya mei pada katsu yang masih duduk di atas meja dengan pandangan sinis ke penjuru ruangan.
“Di bilang tahu enggak... dibilang enggak juga tahu...”, ucap katsu tersenyum.
“Maksudnya?”, tanya leme meminta penjelasan dari katsu.
“Kalaupun tahu aku g akan bilang pada kalian... I know everything but nothing...”. ucap katsu.
“jangan berbelit kenapa kat?”, ucap miss agak kesal.
“Dan jangan cuekin kita...”, leme sudah kesal sejak katsu tidak mau menjawab pertanyaanya tadi.
“Hm... look like you all have a quest...”, ucap katsu mengalihkan pembicaraan.
“Maksudnya apa!? Jangan berbelit-belit “, ucap kaze yang makin pusing dengan ucapan katsu.
“Kalau mau bilang ya bilang! Kalo g mau bilang ya jangan bilang!”, ucap alex yang baru saja kembali dari petualangannya ke langit.
“Ah... dah nyadar lex”, ucap miss memberi ucapan selamat datang pada alex yang jiwanya baru saja kembali dari langit ke tujuh.
“Hah... rasanya tadi aku habis mimpi indah... seiront...”, alex kembali terbang ke langit ke delapan (emang ada?).
“Dia pergi lagi...”, ucap katsu menahan tawa.
“Sadarkanlah alex please...”, ucap mei sambil menggeleng-gelengken kepalanya.
“Itu sama aja nganter nyawa!”, kaze mengangkat tangannya tidak mau ikut-ikuttan dengan kekacauan yang sedang terjadi.
“Hei... kembali ke topik...”, ucap katsu mengembalikan pembicaraan.
“Topik yang mana? Kagak ngarti!”, ucap mei.
“Tujuanku ke sini... aku cuma mau kasih peringatan”, ucap katsu.
“Peringatan!?”, leme mengulang ucapan katsu.
“Kamu g mau bergabung?”, tanya miss dengan pandangan bingung.
“Nop, untuk saat ini aku netral...”, ucap katsu sambil tersenyum.
“Netral?”, semua mengucapkannya bersamaan.
“Beberapa dari orang yang kalian kenal adalah musuh... mereka ingin agar kalian tetap ada di dunia ini... mereka tidak ingin kembali...”, ucap katsu dengan nada datar.
“Heh!? Mak----“, belum sempat miss bicara seseorang memasuki ruangan.
“Hei...”, seseorang memasuki ruangan dengan senyum licik terlukis di wajahnya.
“Ah... shiro...”, ucap kaze yang langsung memeluk shiro. Namun langsung dia lepaskan.
“Kaze? Kenapa?”, ucap shiro yang masih tersenyum.
“Bukan... bukan shiro!”, ucap kaze dengan wajah pucat.
“See... I tell you...”, ucap katsu sambil menutup kedua belah matanya.
“Maksudmu apaan kat!?”, tanya leme agak membentak.
“Selama perjalanan kalian akan ada seseorang yang mengatur kendali dunia ini... dia akan menghalangi kalian... keinginan adalah penggerak kekuatan... fantasy adalah penyelamat...”, ucap katsu. Sesaat sesudah itu tubuhnya berubah menjadi debu.
“Eh!?”, miss langsung pucat melihat hal itu. Tanpa sadar dia menarik rambut alex dan membuatnya sadar.
“Adaw!”, alex berteriak keras.
“Lepasin!”, disambut teriakan dari kaze yang kedua tangannya digenggam dengan keras oleh shiro.
“Shi--- shiro!?”, leme memanggil namanya namun tidak ada respon.
“Dia bukan shiro!? Bukan!?”, ucap kaze dengan wajah menahan rasa sakit.
“Eh!?”
“Wah... jahatnya... mengatakan hal seperti itu pada kekasihmu sendiri...”, ucap shiro... atau dengan kata lain... tengkorak yang sudah kehilangan kulitnya.
“Ap!?”, mei tidak bisa menyelesaikan ucapannya karena terlalu cepat jatuh pingsan. Sedangkan kaze langsung mematung melihat hal itu karena merasa sudah lemas.
“Shiro... jadi tengkorak?”, tanya miss dengan pandangan agak bingung.
“Woi! Si mei pingsan nih...”, ucap leme mengalihkan perhatian miss.
“Tadi katsu... sekarang shiro... ada apa dengan dunia ini sebenarnya!?”, tanya miss yang mulai pusing melihat hal yang ada disekitarnya.
Alex hanya terdiam, seolah tidak memperdulikan sekitarnya. Padahal dia sudah kembali dari taman khayalannya.
“Lem... tadi katsu bilang apa?”, tanya alex tiba-tiba.
“Hah!? Jangan ngemengin ntu dulu! Ayo lari...”, jawab miss cemas.
“Keinginan adalah penggerak kekuatan... fantasy adalah penyelamat...”, gumam alex dengan pelan. Leme dan miss saling berpandangan ketika melihat pandangan alex penuh dengan kepercayaan diri yang begitu besar.
“Phi?”, miss mendekati alex. Namun belum sempat dia menepuk pundak temannya itu...
“Ini taruhan ku... kekuatan keadilan tunjukkan kami jalan menuju kedamaian!”, ucap alex deengan suara lantang yang tidak jelas apa artinya.
“Hah? Phi g waras!”, ucap leme dengan pandangan menerawang. Namun, tidak berselang lama setelah itu matanya langsung terbelalak melihat yang ada di hadapannya.
Tubuh alex mulai bersinar, sinar yang bagaikan pelangi menerangi ruangan itu. Membuat yang ada di sana silau karena cahayanya yang begitu terang.
“Malaikat penyelamat telah hadir untuk menolong!?”, ucap alex sesaat setelah cahaya dari tubuhnya menghilang.
“Alex... jadi malaikat!?”, ucap leme dan miss secara bersamaan.
“Ba... bagaimana mungkin!? Apa mungkin mere...”, belum sempat tengkorak itu bicara alex sudah menyerang menggunakan sebuah tongkat yang diujungnya terdapat sebuah kristal berwarna merah tepat mengenai kepalanya dan membuat hancur lebur menjadi serpihan.
“Keadilan selalu menang!”, ucap alex dengan tawa aneh dan kedua jari tangan kanannya membentuk huruf ‘V’. Leme dan miss hanya melihat tanpa mengucapkan apapun. “Uwaa... manisnya... kostumnya manis!”, ucap alex memperhatikan penampilannya.
Pakaian alex berubah menjadi gaun berwarna merah yang terdapat beberapa renda berwarna ungu. Sepasang sayap putih tumbuh di punggungnya dan penutup kepala dengan warna bening menghiasi rambutnya.
“Alex... gaunnya cantik banget! Leme mau! Mau!”, ucap leme setengah merengek.
“Enak aja! Leme berubah aja!”, ucap alex sambil berputar-putar sambil mengepak-ngepakan sayapnya.
“Caranya berubah?”, tanya leme. Alex berhenti berputar dan hanya menggelng-gelengkan kepalanya tanda tidak tahu caranya.
“Lex... ngomongnya nanti aja... itu...”, miss menghentikan pembicaraan leme dan alex sambil menunjuk ke arah serpihan-serpihan tulang belulang yang berserakan di lantai.
Serpihan-serpihat itu terbungkus kabut hitam dan mulai membesar sedikit-demi sedikit. Sampai akhirnya kabut hitam itu lenyap dan muncullah ratusan tengkorak hidup yang jumlahnya menyamai serpihan yang berserakan.
“Malaikat alex... tolong urus ya...”, ucap miss mempersilahkan alex yang hampir tidak bisa bicara apapun melihat tengkorak-tengkorak hidup yang memenuhi ruangan kafe itu.
“Mana mungkin bisa...”, ucap alex setengah berteriak. Namun tidak ada seorang pun yang datang untuk menolong. Jelas saja saat itu semua penduduk sedang tidak ada di kota.
“Wah... kayaknya lagi ada pesta di dalam...”, ucap seorang wanita yang mengenakan mantel yang compang-camping dan sebuah topi koboi.
“Hm... dome cafe memang selalu berpesta... di dunia nyata pun masih berpesta...”, ucap pemuda yang bersamannya.
Mereka berdiri di depan kafe sambil memperhatikan kumpulan tengorak yang sampai keluar kafe karena sudah tidak muat lagi didalam.
“Kau mau turun tangan sekarang?”, tanya wanita itu sambil mengangkat pedang miliknya yang terdapat ukiran berbentuk tengkorak di sarungnya.
“Hm... boleh juga... waktunya untuk naughty okama beraksi...”, ucap pemuda itu yang langsung berlari ke dalam kafe.
“Aku bukan anggota okama!”, ucap wanita itu sambil berlari mengikutinya.
kereeeen xD
BalasHapuslanjutannya donk ruiiii
misa kapan muncul aaaa
BalasHapus...
BalasHapussabar kenapa?
misa di bagian 3...
kise langsung lu tindihin :}
ko tindih =.= aduhh
BalasHapus