“Kise… ini dimana?”, Tanya misa memecah keheningan.
“Eh!? Aku belum bilang ya mis”, Tanya kise asal. Misa mengangguk pelan.
“Kise… kasih tau…”, ucap misa makin bingung.
“Gi… gini… kita ada di dimensi lain…”, jawab kise agak canggung.
“Dimensi… lain?”, ulang misa dengan pandangan tidak mengerti sama sekali.
“Iya… seingatmu kapan kita ada di dufan?”
“Beberapa menit yang lalu…”, jwab misa sambil menggaruk pipi kirinya.
“Uwah… misa enak… nyampe-nyampe udah ketemu kise…”, ucap seseorang dari belakang misa. Misa berbalik dan melihat pure dan kup sedang berdiri dibelakangnya sambil membewa beberapa belajaan yang diminta oleh mei.
“Pure!? Kup!?”, ucap kise dan misa bersamaan.
“Yo… lama tak jumpa…”, ucap kup sambil meletakkan barang bawaannya ke atas meja.
“Boleh gabung kan?”, Tanya pure agak ragu sambil melihat ke arah alex dan seiront yang duduk di meja yang lain.
“Duduk aja pure…”, ucap kise salah tingkah.
“Em? Kise lucu ya…”, ucap misa sambil tertawa kecil.
“Lucu gimana?”, tanya kup.
“Lucu aja…”
Pembicaraan terus berlanjut selama beberapa jam. Pada menit ke 30 alex dan seiront memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan jalan-jalan ke sekitar kota.
Tanpa ada seorang pun yang menyadarinya, seseorang tengah memperhatikan mereka dari atas atap gedung yang lain. Seorang gadis yang tengah mengenakan sebuah gaun berwarna hitam dan putih dan mata yang dipenuhi kekosongan.
“Ini ulahmu juga ya…”, ucap katsu dengan nada lirih.
“Wah… wah… tidak sopan lho kat…”, ucap seseorang yang tiba-tiba saja berdiri di belakang katsu.
Katsu reflek melompat kesamping beberapa meter dengan pandangan sinis.
“Hei… apa itu yang disebutan smbutan yang hangat dari seorang angel?”, ucap orang itu sambil tersenyum bagaikan seorang malaikat.
“Aku half tau…”, ucap katsu dengan kesal…
“Sama saja… mau half… mau malaikat… mau iblis…”, ucap gadis berjubah hitam itu.
“Vera… kenapa kamu berpihak pada prince of darkness…”, tanya katsu pada orang itu. Ternyata gadis itu adalah vera.
“Kau ingin tahu… kalau begitu lihatlah sampai akhir scenario yang sudah disiapkan olehnya…”, ucap vera sambil tersenyum dan langsung menghilang sambil meninggalkan jubah hitamnya tertiup angin menuju ke arah katsu berdiri.
“Uwah… hebat… jadi ada kafe yang namanya dome kafe?”, ucap misa penuh kegirangan.
“Iya…”, ucap pure sambil tersenyum.
Dari tempat katsu berada terdengar suara ledakan yang membuar gadis itu terpental sampai ke tempat kise dan yang lainnya.
“Ka… katsu!?”, ucap pure agak terkejut dengan itu. Belum hilang perasaan terkejut mereka, jubah hitam yang ditinggalkan oleh vera terbang ke arah mereka daan di dalam jubah itu terlihat sebuah tengkorak yang memegang sebuah sabit dewa kematian.
“Eh? De… dewa kematian?”, ucap pure sambil menunjuk ke arah tengkorak itu…
“Uhuk-uhuk…”, katsu bangkit dari pembaringannya di lantai. Pengunjung yang lain sudah lari begitu melihat tengkorak itu.
“Katsu!? Kamu nggak kenapa-napa?”, tanya misa dan kise secara bersamaan. Katsu melihat ke arah misa sejenak dengan pandangan tajam.
“Aku… tidak apa-apa… ada hal… yang lebih penting dari itu…”, ucap katsu sambil berdiri dengan gemetaran.
“Katsu… jangan bergerak dulu…”, ucap pure yag melihat darah segar megalir dari mulut katsu.
“Katsu… gimana caranya berubah wujud?”, tanya kup sambil melihat lurus kea rah dewa kematian yang mulai menghancurkan kota itu.
“keinginan adalah penggerak kekuatan... fantasy adalah penyelamat...”, ucap katsu.
“Arti dari kalimat itu apa?”, tanya kise agak berteriak.
“Hanya jalankan fantasy mu… dan kau akan memperoleh kekuatan…” ucap katsu.
“Kalian mau mencoba?”, tanya kup dengan senyum kecil terlukis di wajahnya.
Semua mengangguk. Hanya misa yang tidak… sebuah senyum terlukis di wajahnya.
“Fantasy adalah kekuatan… keinginan adalah penyelamat… transform!”, ucap kup, pure dan kise secara bersamaan. Tubuh ketiganya bersinar dan mulai berubah menjadi bentuk yang berbeda.
“Innocent soul…”, pure menjadi seorang peri yang mengenakan sebuah gaun pendek berwarna putih bersih dengan sepasang sayap tumbuh di punggungnya.
“Time hunter…”, kise berubah menjadi seorang pria ber jas hijau dengan beberapa jam dipegangnya.
“Ksatria sarung hitam…”, kup berubah menjadi seorang pendekar yang mengenakan sebuah sarung hitam yang menutupi wajahnya.
“Uwah... beneran berubah...”, ucap pure.
“Hem... orang yang percaya akan fantasy pasti bisa berubah...”, ucap katsu sambil menutup matanya dan terjatuh tak sadarkan diri.
“Katsu!?”, pure berlari ke arah katsu. Sebuah jurus hinggap di benaknya. “Power of healing...”, pure mengucapkan beberapa mantra, dari cincin yang terpasang di jari kirinya keluar mahkluk yang langsung meminkan sebuah biola dan membuat luka yang ada di tubuh katsu berangsur-angsur menghilang.
“Kakuatan penyembuhan toh pure...”, ucap kise. Namun tidak ditanggapi oleh pure yang berkonsentrasi.
“Kalau gitu... urusan tengkorak itu bagian kita ya...”, ucap kup dengan penuh percaya diri.
“Tapi... lu mah enak... senjata lo pedang laser... lah gw... jam banyak amat...”, ucap kise dengan pandangan menerawang. Kup meninggalkan kise dibelakang dan langsung enyerang tengkorak itu.
“Kise... kise...”, misa menarik pelan jas hijau yang dikenakan oleh kise. Kise berbalik dan melihat sebuah senyuman lembut terlukis di wajah misa.
“Mi... misa?”, kise manjadi salah tingkah melihat misa yang tersenyum begitu lembut dihadapannya.
“Berjuang ya...’, ucap misa sambil mengepal kedua tangannya memberi dukungan pada kise. Wajah kise memerah dan langsung timbul semangat.
“Sih kise niat ngelawan g sih?”, gumam kup sambil menahan serangan sabit dari dewa kematian itu.
“Khu... khu...”
“Ketawa?”, tanya kup pada tengorak itu dengan tenangnya.
“Princess akan bangkit...”, ucap tengkorak itu.
“Princess?”, kup mengulang ucapannnya.
“Prince sudah menyiapkan semuanya... untuk menyambut kehadiran san pri---“, belum sempat tengkorak itu menyelesaikan ucapannya, perlahan tubuhnya mulai hilang menjadi abu dan jatuh ke tanah hanya menyisakan jubah hitam yang tadi dikenakannya.
“Ah... kekuatan mengendalikan waktu...”, ucap kise.
“Kise hebat...”, misa bertepuk tangan melihat kehebatan kise.
“Kise bego... dengerin dulu ucapan dia...”, ucap kup berbalik ke arah kise dengan pandangan ingin membunuh.
“Ucapan? Emang dia ngomong?”, tanya kise.
“Perasaan tadi kup ngomong sendiri”, tambah misa yamng juga tidak mengerti.
“Eh?”, kup terdiam sesaat dan mulai tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Pure berlari keluar dari arah restaurant sambil mengucapkan kalau katsu sudah sadar. Semua langsung berkumpul di tempat katsu dan kembali ke wujud normalnya.
“Hm... jadi kalain sudah berubah...”, ucap katsu agak tenang.
“Em... kat... bisa kasi tahu apa yang sebenernya terjadi...”, ucap kup dengan pandangan tajam ke arah katsu.
“Entahlah... pengetahuanku terbatas... aku masih belum bebas...”, ucap katsu yang langsung hilang menjadi debu.
“Eh!? Jadi debu!?”, ucap pure tidak percaya.
“Seperti cerita dari alex...”, ucap kise menerawang.
Mereka berempat terdiam dan saling melihat ke penjuru ruangan.
“Wah...jadi kup bisa mengerti ucapan tengkorakku yang manis...”, ucap vera dari atas atap. Ditangannya terikat beberapa benang yang sudah putus.
“Kelihatannya tengkorakmu sudah dua kali gagal...”, ucap seseorang berjubah hitam yang megenakan sebuah topeng.
“Tidak apa-apa dunk se--- ah... maksudku prince of darkness...”, ucap vera buru-buru membetulkan ucapannya.
“Yah... sudahlah... yang penting beberpa kekuatan bangkit kembali... 3 sekaligus...”, ucap pria berjubah hitam itu.
“Yup... dan princess akan segera bangkit...”, ucap vera.
“Pertahankan terus kerjamu ya...Princess of vodoo...”, ucap pria itu dan langsung pergi meninggalkan ruangan.
“Serahkan padaku...”, ucap vera sambil berbalik ke arah sebuah tabung yang ada dibelakangnya. Samar-samar dari dalam tabung itu terlihat sesosok tubuh yang tertidur di dalam sebuah cairan. “Tunggu sebentar lagi ya...”, vera tersenyum lembut ke arah tabung itu.
-Dome cafe-
“Eh!? Kise, kup sama pure udah bisa berubah!?”, ucap leme sambil menggebrak meja geram.
“Ya... begitulah...”, ucap kise yang duduk disebelah misa.
“Curang... leme juga mau...”, ucap leme sambil mengembugkan pipinya.
“Salah leme sendiri tadi pulang duluan...”, ucap mei sambil meletakkan 3 gelas jus buah di meja tempat kise, misa dan leme berada.
“Uwah... seragam mei lucu banget...”, ucap misa terpana.
“Mis mau coba...?”, tanya kise pada misa. Misa mengangguk pelan.
“Kis... jangan manggil mis... nanti ketuker sama yang satu lagi...”, ucap leme.
“Eh? Ada yang pake nama misa juga?”, tanya misa tidak mengerti.
“Ah... misa nggak kenal mi----“
“Aku kembali dengan seseorang...”, belum sempat mei menyelesaikn ucapannya, miss masik bersama seorang gadis yang mengenakan jilbab berwarna merah.
“Panjang umur...”, ucap kise.
“Yang bener umur habis...”, ucap leme.
“Ha... hantu!?”, misa langsung bersembunyi di belakang kise dengan gemetaran.
“Bukan kok... dia nak nimbuzz juga mis...”, ucap kise sambil mengelus pelan kepala misa. Wajah misa menjadi merona padam.
“Em... sepertinya ada drama ke-tiga...”, ucap miss menggelengkan kepalanya.
“Gitu deh miss...”, ucap mei sambil memcatat pesanan seorng pengunjung yang berada di sebelah meja kise.
“Aku, miss sama mei adalah penonton sejati drama dome cafe!”, ucap leme dengan pandangan berbinar.
“Um... am...”, gadis yang datang bersama miss tadi menarik lengan baju leme.
“Eh!? Keechi!?”, ucap leme agak terkejut begitu menyadari siapa yang ada di belakangnya. Keechi mengangkat tangan kanannya.
“Dari tadi nyadar kek...”, ucap keechi dengan sedikit bergumam.
“Aku sudah nyadar dari tadi...”, ucap mei agak cuek.
“Ayank...”, terdengar suara manja dari arah tangga menuju lantai 2.
“Wah... kayaknya bakal ada dua drama yang mau tampail... mau liat yang mana dulu?”, tanya leme bersemangat. Lupa akan hal yang membuatnya kesal tadi.
“Yang ini...”, ucap miss sambil menunjuk ke arah kise dan leme yang masih terpaku diam sambil saling berpandangan.
“Banyak kerjaan...”, mei kembali ke meja bartendet untuk membuat minuman pesanan yang baru saja dipesan itu.
“Um... tadi katanya drama ke-tiga? Kise sama misa... shiro sama kaze... trus siapa sama siapa?”, tanya kee tidak begitu mengerti sambil memperhatikan kaze dan shiro yang sudah sampai dio meja favorite mereka. Meja dekat dapur yang sudah sengaja dihiasi dengan bunga-bunga.
“Seiront sama alex...”, ucap leme dan miss sibuk menonton adegan mesra di depan mereka.
“Eh!? Atol!? Sama phi!? Adu duh...”, wajah keechi kontan merah padam begitu mendengar hal itu.
“Bukan seiront yang atol... tapi yang ini co---“, belum sempat leme menyelesaikan ucapannya pelanggan yang tadi duduk di meja belakangnya berdiri sambil mencengkeram meja hingga retak.
“F--- flo!?”, pemuda yang duduk di depan gadis itu memasang pandangan ketakutan.
“Eh!? Ada apa?”, tanya mei sambil menatuh pesanan mereka.
“Kak seiront... sudah punya kekasih toh...”, ucap gadis itu menahan emosi.
“Em? Kau kenal seiront...?”, tanya mei pada gadis itu. Leme, miss dan kee mengalihka perhatian mereka pada adegan lain dari drama ini.
“Kayaknya seruan yang ini...”, ucap miss dengan tampang penasaran.
“Em... flo... itu kan salah mu sendiri tidak meyatakan perasaan dari dulu...”, ucap pemuda yang duduk di depan flo. Pemuda itu memiliki telinga yang cukup panjang dan runcing dengan rambut pirang panjang. Sedangkan flo memiliki rambut merah menyala yang sedikit bergelombang.
“Hum... kita bicara dia atas saja... soalnya...”, mei memejamkan matanya sambil menunjuk ke arah leme, miss dan keechi yang tengah menonton.
“Eh... ba... baik...”, reynard tidak begitu mengerti dan hanya mengikuti permintaan mei.
“Yah... mei jahat banget...”, ucap leme agak kecewa.
“Padahal aku penasaran...”, tambah miss.
“Yang tega itu kalian... memangnya ini tontonan apa?”, ucap keechi.
Di lain pihak, misa dan kise sudah hilang dari meja mereka sambil meninggalkan 2 gelas minuman yang sudah kosong. Dengan agak terpaksa mereka melihat ke arah kaze dengan shiro dari jarak sekitar 10 meter.
“Ayank... coba deh kuenya...”, ucap kaze sambil menyuapkan sesendok kue yang kelihatannya baru keluar dari panggangan.
“Aaaa”, shiro membuka mulutnya dan memakan kue yang baru saja di suapi oleh kaze.
“Gimana?”, tanya kaze dengan pandangan berbinar penuh harap.
“Um... enak kok...”, ucap shiro sambil mengambil elih sendok yang dipegang oleh kaze untuk bergantian menyuapi.
“Mau gantian ya?”, tanya kaze dengan manja.
“Bukan...”, shiro mnyuap sendiri kue yang ada dihadapannya. Tapi tidak dia kunyah, hanya digigit. Dan dalam hitungan detik wajahnya sudah mulai mendekati wajah kaze.
“Nakal...”, ucap kaze sambil memejamkan matanya.
“...”, miss, leme dan keechi hanya terdiam melihat pemandangan itu.
“Ciaat...”, vamp yang baru saja masuk langsung memukul kepala shiro dari belakang yang membuatnya jatu tepat di atas kue yang ada di atas meja.
“Shi... shiro!?”, panggil kaze.
“Kenapa selalu gagal...”, shiro bangkit dengan wajah penuh krim kue dan berjalan menuju dapur untuk membersihkan kue yang menempel di wajahnya. Kaze berjalan mengikuti shiro yang terlihat suram dari belakang.
“Hah... sukses...”, ucap vamp sambil menghela nafas.
“Vamp bego!?”, leme dan miss kompak mengucapkan hal itu dan langsung memukul wajah vamp hingg ia terpental jauh ke luar jendela. Beruntung saat itu jendela sedang terbuka, sehingga ia tidak membentur apapun saat keluar dari jendela.
“Woi... anak orang mati tuh...”, ucap keechi sambil menunjuk ke arah vamp yang masih belum mendarat.
“Mati juga g pa-pa... artinya aku dapet temen sesama hantu...”, ucap miss dengan wajah berbinar.
“Tapi kalau vamp yang mati... bukan hantu... tapi jadi vampire beneran!?”, ucap leme dengan pandangan menerawang.
“Kyaa... jangan bilang gitu lem...”, ucap keechi pucat.
“Khi... khi...”
“Hei... ngerasa denger suara g?”, tanya leme.
“Suara apa?”, tanya miss dan keechi bersamaan.
“Suara khi... khi... gitu”
“Enggak... mang kena---“, belum sempat keechi menyelesaikan ucapanya pintu masuk rusak karena di dobrak.
“Eh?”, sesosok serangga raksasa berdiri di depan pintu. Kaze dan shiro keluar dari dapur dan melihat serangga itu.
“Ke... kecoa raksasa!?”, ucap keechi dan leme bersamaan. Kaze bersembunyi dibelakang shiro dengan tubuh gemetaran. Sedangkan miss terpaku membisu.
“Kenapa serangganya harus hewan paling menjijikkan sedunia!?”, tanya kaze setengah membentak.
Sementara itu, dari arah luar ada yang dua orang yang tengah memperhatikan.
“Hum... apa terlalu keterlaluan ya?” tanya vera dengan senyum manis.
“Tidak juga... sepertinya akan lebih dari 3 kekuatan yang bangkit...”, ucap pria yang suka dipanggil prince or darkness oleh vera.
“Hihi... semakin banyak kekuatan, semakin cepat dunia ini hancur...”, vera tertawa kecil dan langsung menghilang ke dalam sebuah portal hitam.
“Hum... sampai jumpa lain kali... sayonara...”, ucap prince of darkness berjalan ke dalam portal hitam.
“...”, Juki keluar dari belakang gedung dengan pandangan mata tajam ke arah portal yang berangsur-angsur menghilang itu.
Di dalam, leme sibuk berlari mengitari kafe dikejar oleh kecoa raksasa itu.
nyaris pingsan *smbil senyumm2 XD
BalasHapusWkwkwkwk... Misa kyk pcran ama Kise.
BalasHapusEh, kLO Keecy brubh ntar jd punya sayap dri air kayak ikLan sPrite gtu y! xD